Tujuan pendidikan untuk mencetak
orang-orang yang punya karakter (akhlak), bukan mencetak pekerja. Karena itu
Medrial Alamsyah yang kini aktif sebagai Konsultan Manajemen Mutu
Birokrasi mengungkap realita bahwa, yang terjadi saat ini di Indonesia, banyak
orang mencari gelar kesarjanaan hanya untuk ’status’, tetapi belum diikuti
dengan ’karakter’ ataupun pemikiran kesarjanaan, berbeda dengan sarjana di
negara maju.
Medrial juga
mengajak para guru mengintrospeksi sudut pandang terhadap anak didik. ”Kita
sering terlalu konsentrasi pada kelemahan anak pada pelajaran-pelajaran UAS
(Ujian Akhir Sekolah). Sedangkan kelebihan anak di bidang kreatifitas lain
kurang dihargai”.
”Sebenarnya
anak-anak yang akan maju di masa depannya nanti tidak harus memiliki nilai UAS
yang tinggi, tetapi anak-anak yang mampu mengembangkan kreatifitas yang ada
dalam dirinya”, lanjut pria kelahiran Talawi tahun 1963 ini.
Sementara
Prof.Dr.Anis Baswedan dalam kesempatan yang sama juga mengajak para guru untuk
merobah paradigma pendidikan. ”Kita tidak boleh lagi terlalu mengandalkan
potensi sumber daya alam, karena potensi untuk memajukan negara ini terletak
pada sumber daya manusianya” cetusnya dalam dialog yang berlangsung di Gedung
BDTBT Sawahlunto (9/12).
Rektor
Universitas Paramadina ini kemudian melogikakan, negara-negara Islam
adalah pemilik potensi sumber daya minyak terbesar di dunia sedangkan Jepang
tidak memiliki sumber daya alam sama sekali, tetapi bila dibandingkan jumlah
kekayaannya. Negara Jepang jauh lebih kaya dan sejahtera dibanding
negara-negara Islam.
Kuncinya
menurut Baswedan karena bangsa Jepang memiliki tingkat kesadaran dan
kreatifitas yang jauh lebih tinggi dibanding manusia-manusia di negara muslim.
(jendelakita.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar