"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Jumat, 07 September 2012

Kepentingan AS di Laut China Selatan


Perjalanan 11 hari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton ke enam negara Asia menunjukkan kuatnya keinginan AS mempertahankan dominasi mereka di Asia Pasifik. AS ingin memperlihatkan dirinya sebagai penengah dalam penyelesaian ketegangan di Laut China Selatan.

 Isu Laut China Selatan menjadi tema pembicaraan yang dibawa Hillary setiap kali mendarat di negara yang ia kunjungi. AS seakan menjadi negara yang bijak untuk 
meminta negara-negara yang bersengketa untuk tidak menggunakan kekuatan militer dalam menyelesaikan konflik wilayah di kawasan itu.

Ketegangan di Laut China Selatan meningkat karena negara-negara di sekitar kawasan itu saling mengklaim wilayah mereka. Kita melihat bagaimana ketegangan yang terjadi antara Filipina dan China, China dan Jepang, China dan Vietnam, dan banyak lagi.

Kawasan Laut China Selatan bukan hanya strategis dalam lalu lintas laut, tetapi juga kaya dengan sumber daya alam. Itulah yang membuat semua negara saling mengklaim wilayah karena ada potensi ekonomi yang luar biasa di kawasan itu.

Secara ekonomi dan militer memang China dianggap sebagai negara yang paling superior dalam perebutan wilayah di Laut China Selatan itu. Semua negara sungguh khawatir jika sampai persoalan itu tidak bisa diselesaikan secara damai, maka China akan bisa mendominasi.

Bagi AS sendiri persoalannya bukan sekadar China dikhawatirkan akan bisa menguasai wilayah tersebut. Yang lebih ditakutkan AS akan pengaruh China yang akan semakin menguat dan secara perlahan akan menggeser dominasi AS sebagai penguasa dunia.

Untuk itulah AS mencoba turut campur dalam penyelesaian sengketa yang terjadi di kawasan Laut China Selatan. AS bukan hanya ingin mengirimkan pesan bahwa mereka masih hadir di kawasan itu, tetapi sekaligus menekan China agar tidak berbuat macam-macam.

Upaya untuk mengimbangi pengaruh China memang menjadi strategi global AS. Langkah itu tidak hanya dilakukan melalui jalur diplomasi, tetapi juga dengan menggunakan kekuatan militer. AS terus memperkuat keberadaan militer mereka di kawasan Asia Pasifik.

Salah satu yang menjadi bagian dari strategi global mereka adalah penempatan pasukan marinir di Darwin, Australia. Keberadaan pasukan khusus Angkatan Laut AS di utara Australia bukan untuk mengancam Indonesia, tetapi untuk memberikan pesan kepada China bahwa mereka masih menguasai kawasan Asia Pasifik.

Dengan krisis ekonomi yang dihadapi AS, memang mereka tidak bisa serta merta membangun pangkalan militer di Asia Pasifik ini. Keberadaan pasukan marinir AS di Darwin sangatlah minimal dan tidak cukup untuk menggentarkan militer China.

Namun China sendiri belum berniat untuk melengkapi penguasaan ekonomi dengan kekuatan militer. China masih dalam proses untuk memperkuat perekonomian negara mereka dan menyejahterakan kehidupan rakyatnya.

Ketika ekonomi mereka semakin solid dan kehidupan rakyatnya semakin membaik, bukan tidak mungkin China akan juga memainkan kekuatan militernya. Kekuatan militer akan ditempatkan di wilayah-wilayah yang banyak kepentingan ekonomi mereka.

Sekarang ini perusahaan China mulai merambah dunia. Dengan kekuatan modalnya, China menancapkan kekuatan ekonominya. Kita lihat bagaimana Afrika sekarang ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan China. Mereka menggeser negara-negara Eropa yang selama ini menjajah negara-negara di Benua Hitam tersebut.

Kecepatan penguasaan ekonomi China membuat AS gentar. Mereka baru tersadar bahwa China mampu membangun kekuatan ekonomi yang begitu cepat. Secara de facto, China boleh dikatakan sudah menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di dunia menggantikan AS.

Inilah yang membuat AS kemudian bergerak cepat untuk tetap menancapkan pengaruhnya. AS tidak mau sampai tergeser sebagai penguasa dunia. Mereka ingin tetap dianggap sebagai penguasa tunggal dan juga polisi dunia.

Kunjungan tidak sampai 24 jam ke Jakarta merupakan bagian untuk mendapat dukungan politik dari Indonesia. Menlu Hillary ingin menyampaikan pesan kepada China bahwa mereka masih dianggap sebagai penentu di dunia dan mereka ingin membuktikannya dalam penyelesaian ketegangan di Laut China Selatan.

Isu bilateral seperti pemberian pesawat F-16 maupun masalah Papua hanyalah sekadar pemanis. Hillary tidak sedang membawa pesan tentang peningkatan hubungan kedua negara, tetapi lebih mencari kawan untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik.

(metronews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar