Perjalanan 11 hari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton
ke enam negara Asia menunjukkan kuatnya keinginan AS mempertahankan dominasi
mereka di Asia Pasifik. AS ingin memperlihatkan dirinya sebagai penengah dalam
penyelesaian ketegangan di Laut China Selatan.
Isu Laut China Selatan menjadi tema pembicaraan yang dibawa Hillary setiap kali mendarat di negara yang ia kunjungi. AS seakan menjadi negara yang bijak untuk
meminta negara-negara yang bersengketa untuk tidak menggunakan
kekuatan militer dalam menyelesaikan konflik wilayah di kawasan itu.
Ketegangan di Laut China Selatan meningkat karena negara-negara di sekitar kawasan itu saling mengklaim wilayah mereka. Kita melihat bagaimana ketegangan yang terjadi antara Filipina dan China, China dan Jepang, China dan Vietnam, dan banyak lagi.
Kawasan Laut China Selatan bukan hanya strategis dalam lalu lintas laut, tetapi juga kaya dengan sumber daya alam. Itulah yang membuat semua negara saling mengklaim wilayah karena ada potensi ekonomi yang luar biasa di kawasan itu.
Secara ekonomi dan militer memang
Untuk itulah AS mencoba turut campur dalam penyelesaian sengketa yang terjadi di kawasan Laut China Selatan. AS bukan hanya ingin mengirimkan pesan bahwa mereka masih hadir di kawasan itu, tetapi sekaligus menekan
Upaya untuk mengimbangi pengaruh
Salah satu yang menjadi bagian dari strategi global mereka adalah penempatan pasukan marinir
Dengan krisis ekonomi yang dihadapi AS, memang mereka tidak bisa serta merta membangun pangkalan militer di Asia Pasifik ini. Keberadaan pasukan marinir AS di Darwin sangatlah minimal dan tidak cukup untuk menggentarkan militer
Namun
Ketika ekonomi mereka semakin solid dan kehidupan rakyatnya semakin membaik, bukan tidak mungkin
Sekarang ini perusahaan
Kecepatan penguasaan ekonomi
Inilah yang membuat AS kemudian bergerak cepat untuk tetap menancapkan pengaruhnya. AS tidak mau sampai tergeser sebagai penguasa dunia. Mereka ingin tetap dianggap sebagai penguasa tunggal dan juga polisi dunia.
Kunjungan tidak sampai 24 jam ke
Isu bilateral seperti pemberian pesawat F-16 maupun masalah Papua hanyalah sekadar pemanis. Hillary tidak sedang membawa pesan tentang peningkatan hubungan kedua negara, tetapi lebih mencari kawan untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik.
(metronews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar