Tulisan ini merupakan bagian pertama dari catatan perjalanan selama mengikuti kegiatan Tour dan Training bertajuk “Hayat-e Tayiba” – Islamic Lifestyle. Acara ini diselenggarakan atas undangan dari Union of Islamic World Students (Perhimpunan Pelajar Islam Sedunia – Rohama) Iran .
Disaat
dunia dalam cengkeraman para penguasa lalim pasca perang dunia, tak ada yang
menduga bahwa seorang “kakek tua” akan bangkit bersama bangsanya membuahkan
revolusi. Peristiwa itu sudah terjadi lebih dari 32 tahun yang lalu, namun
namanya masih abadi melekat dalam setiap sudut Iran . Dari gerbang Bandara negara Persia , jalan dan taman di sudut-sudut kota , hingga terdengar dalam yel-yel jamaah yang tumpah di
jalan selepas sholat Jumat di Ibukota Tehran .
Gerakan yang dilakukan oleh Imam
Khomeini membuatnya begitu dicintai berbagai golongan, sekaligus dibenci oleh
sebagian lainnya. Jutaan penduduk yang dahulu muak ditindas oleh rezim Shah
patut bersuka ria ketika revolusi menegakkan haknya yang dulu terabaikan.
Muslim yang tertindas di al-Quds juga layak mencintainya atas hadiah Jumat
terakhir Ramadhan yang hingga kini dirayakan sebagai hari pembebasan mereka.
Namun arogansi dan kebencian para pemenang Perang Dunia II; Amerika dan
sekutunya terhadap Iran ,
juga memungkinkan mereka untuk memboikot dan mengembargo dengan segala akses
yang memungkinkan. Kongres Amerika Serikat dalam setiap periodenya bahkan
menyetujui jutaan dollar sebagai dana “keamanan nasional” untuk mengobrak-abrik
Iran .
Dalam musim panas ini, jalanan Tehran terlihat sibuk
seperti biasa. Konstruksi jalanan tertata dengan kokoh dan rapi meskipun tidak
terlihat begitu modern. Sebagian mobil yang melintas adalah mobil tua keluaran
sebelum tahun 80an. Mobil baru bermerk pabrikan jepang sangat langka disini.
Sebagai gantinya di jalan tersebar mobil-mobil dengan merk-merk yang asing
terdengar, seperti Zarrin Khodro, Saba , Pars,
yang kesemuanya adalah pabrikan lokal dengan beberapa mesin yang diimport dari
Perancis. Di sisi jalan terdapat pula bis umum yang modern dengan tarif murah,
setara 3000 rupiah untuk sekali jalan dalam berbagai jarak. Dalam beberapa
menit dari terminat utama Tehran dapat ditemukan
kereta bawah tanah yang menghubungkan beberapa wilayah di dalam kota . Lagi-lagi tiketnya
pun sangat murah, setara dengan 2000rupiah sekali jalan.
jantung
sejenak bersenam ria ketika naik diatas pesawat tua fokker 100 dari mashad
menuju tehran .
Tidak ada alternatif bagi Iran
karena suku cadang pesawat selalu terkena embargo negara barat.
Imbas embargo otomotif merupakan salah
satu dari cerita embargo yang sudah biasa rakyat Persia alami selepas masa revolusi.
Itulah salah satu dari sebab banyak mobil yang ‘terpaksa’ diproduksi oleh Iran sendiri.
Justru itulah yang melepaskan kreatifitas mereka hingga saat ini untuk berusaha
mandiri dalam teknologi. Mereka menjalin hubungan kerjasama kebanyakan dengan
negara yang “tidak sepaham” dengan ideologi barat seperti Perancis dan Cina.
Menyusuri kota , tidak pernah dijumpai gelandangan
ataupun pengemis yang lewat. Begitupun di daerah selatan Tehran yang merupakan bagian yang lebih
miskin jika dibandingkan daerah utara yang kaya. Tapi ternyata keadaannya tak
tampak kumuh seperti yang kita bayangkan seperti pinggiran Jakarta , namun cukup sederhana selayaknya.
Tidak ada daerah yang nampak mewah ataupun kumuh terlalu.
Nampaknya meskipun ada perbedaan
antara kaya dan miskin, namun jaraknya tidak terlalu mencolok. Kebutuhan dasar
masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Untuk sarapan ini misalnya, kami membeli
setumpuk roti seharga 500toman, setara kurang dari 5000 rupiah, yang dapat
diirit hingga 3 kali makan untuk seorang. Masyarakat sekitar juga tidak perlu
khawatir dengan tarif listrik dan air yang tinggi. Bahkan untuk air, pemerintah
setempat juga sudah menyediakan air siap minum yang mengalir dari setiap keran
di Tehran .
Sedangkan dalam kebutuhan dasar pendidikan, pemerintah memberikan jaminan penuh
untuk bebas biaya bagi semua pelajar hingga tingkat universitas.
Teori ekonomi neoklasik mengatakan akan terjadi integrasi
ekonomi sebagai hak setiap negara di dunia, namun negara-negara barat
mengecualikannya untuk Iran .
Segala akses untuk mengirim ataupun menerima uang ke/dari luar negeri ditutup.
Kartu ATM berlambang Visa/Mastercard yang selayaknya bisa digunakan di setiap
negara tidak berfungsi disini. Sebagai gantinya para pelancong harus membawa
uang cash untuk menukarkannya dengan mata uang setempat. Ekonomi tertutup
secara paksa diterapkan di negara ini.
Apa yang dicita-citakan bapak revolusi Imam Ruhullah Khomeini
memang membuat banyak rakyat pada mulanya lapar dan pedih diembargo oleh
komunitas negara Internasional. Tapi penderitaan mereka tak selamanya
menghancurkan, buahnya adalah pembangunan negara dan ideologi yang makin kokoh
dibentuk di Iran
saat ini. Tercermin dari prestasi pembangunan fasilitas dan infrastruktur di Iran sekarang.
Millad tower salah satunya, menjadi menara siar ke 4 tertinggi di dunia setelah
3 menara di Kanada dan China .
Dalam bidang sains tahun ini Iran
menjadi salah satu negara yang tingkat pertumbuhan sains nya tertinggi di
Dunia. Kesemuanya itu tidak terlepas dari kebanggaannya hingga dapat duduk sama
tinggi dengan negara-negara barat pada zaman ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar