"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 12 September 2012

Belajar Menjadi Indonesia dari Iran : Ekonomi Embargo


Tulisan ini merupakan bagian pertama dari catatan perjalanan selama mengikuti kegiatan Tour dan Training bertajuk “Hayat-e Tayiba” – Islamic Lifestyle. Acara ini diselenggarakan atas undangan dari Union of Islamic World Students (Perhimpunan Pelajar Islam Sedunia –  Rohama) Iran.

Disaat dunia dalam cengkeraman para penguasa lalim pasca perang dunia, tak ada yang menduga bahwa seorang “kakek tua” akan bangkit bersama bangsanya membuahkan revolusi. Peristiwa itu sudah terjadi lebih dari 32 tahun yang lalu, namun namanya masih abadi melekat dalam setiap sudut Iran. Dari gerbang Bandara negara Persia, jalan dan taman di sudut-sudut kota, hingga terdengar dalam yel-yel jamaah yang tumpah di jalan selepas sholat Jumat di Ibukota Tehran.


Gerakan yang dilakukan oleh Imam Khomeini membuatnya begitu dicintai berbagai golongan, sekaligus dibenci oleh sebagian lainnya. Jutaan penduduk yang dahulu muak ditindas oleh rezim Shah patut bersuka ria ketika revolusi menegakkan haknya yang dulu terabaikan. Muslim yang tertindas di al-Quds juga layak mencintainya atas hadiah Jumat terakhir Ramadhan yang hingga kini dirayakan sebagai hari pembebasan mereka. Namun arogansi dan kebencian para pemenang Perang Dunia II; Amerika dan sekutunya terhadap Iran, juga memungkinkan mereka untuk memboikot dan mengembargo dengan segala akses yang memungkinkan. Kongres Amerika Serikat dalam setiap periodenya bahkan menyetujui jutaan dollar sebagai dana “keamanan nasional” untuk mengobrak-abrik Iran.


Dalam musim panas ini, jalanan Tehran terlihat sibuk seperti biasa. Konstruksi jalanan tertata dengan kokoh dan rapi meskipun tidak terlihat begitu modern. Sebagian mobil yang melintas adalah mobil tua keluaran sebelum tahun 80an. Mobil baru bermerk pabrikan jepang sangat langka disini. Sebagai gantinya di jalan tersebar mobil-mobil dengan merk-merk yang asing terdengar, seperti Zarrin Khodro, Saba, Pars, yang kesemuanya adalah pabrikan lokal dengan beberapa mesin yang diimport dari Perancis. Di sisi jalan terdapat pula bis umum yang modern dengan tarif murah, setara 3000 rupiah untuk sekali jalan dalam berbagai jarak. Dalam beberapa menit dari terminat utama Tehran dapat ditemukan kereta bawah tanah yang menghubungkan beberapa wilayah di dalam kota. Lagi-lagi tiketnya pun sangat murah, setara dengan 2000rupiah sekali jalan.

jantung sejenak bersenam ria ketika naik diatas pesawat tua fokker 100 dari mashad menuju tehran. Tidak ada alternatif bagi Iran karena suku cadang pesawat selalu terkena embargo negara barat.
Imbas embargo otomotif merupakan salah satu dari cerita embargo yang sudah biasa rakyat Persia alami selepas masa revolusi. Itulah salah satu dari sebab banyak mobil yang ‘terpaksa’ diproduksi oleh Iran sendiri. Justru itulah yang melepaskan kreatifitas mereka hingga saat ini untuk berusaha mandiri dalam teknologi. Mereka menjalin hubungan kerjasama kebanyakan dengan negara yang “tidak sepaham” dengan ideologi barat seperti Perancis dan Cina.

Menyusuri kota, tidak pernah dijumpai gelandangan ataupun pengemis yang lewat. Begitupun di daerah selatan Tehran yang merupakan bagian yang lebih miskin jika dibandingkan daerah utara yang kaya. Tapi ternyata keadaannya tak tampak kumuh seperti yang kita bayangkan seperti pinggiran Jakarta, namun cukup sederhana selayaknya. Tidak ada daerah yang nampak mewah ataupun kumuh terlalu.


Nampaknya meskipun ada perbedaan antara kaya dan miskin, namun jaraknya tidak terlalu mencolok. Kebutuhan dasar masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Untuk sarapan ini misalnya, kami membeli setumpuk roti seharga 500toman, setara kurang dari 5000 rupiah, yang dapat diirit hingga 3 kali makan untuk seorang. Masyarakat sekitar juga tidak perlu khawatir dengan tarif listrik dan air yang tinggi. Bahkan untuk air, pemerintah setempat juga sudah menyediakan air siap minum yang mengalir dari setiap keran di Tehran. Sedangkan dalam kebutuhan dasar pendidikan, pemerintah memberikan jaminan penuh untuk bebas biaya bagi semua pelajar hingga tingkat universitas.

Teori ekonomi neoklasik mengatakan akan terjadi integrasi ekonomi sebagai hak setiap negara di dunia, namun negara-negara barat mengecualikannya untuk Iran. Segala akses untuk mengirim ataupun menerima uang ke/dari luar negeri ditutup. Kartu ATM berlambang Visa/Mastercard yang selayaknya bisa digunakan di setiap negara tidak berfungsi disini. Sebagai gantinya para pelancong harus membawa uang cash untuk menukarkannya dengan mata uang setempat. Ekonomi tertutup secara paksa diterapkan di negara ini.

Apa yang dicita-citakan bapak revolusi Imam Ruhullah Khomeini memang membuat banyak rakyat pada mulanya lapar dan pedih diembargo oleh komunitas negara Internasional. Tapi penderitaan mereka tak selamanya menghancurkan, buahnya adalah pembangunan negara dan ideologi yang makin kokoh dibentuk di Iran saat ini. Tercermin dari prestasi pembangunan fasilitas dan infrastruktur di Iran sekarang. Millad tower salah satunya, menjadi menara siar ke 4 tertinggi di dunia setelah 3 menara di Kanada dan China. Dalam bidang sains tahun ini Iran menjadi salah satu negara yang tingkat pertumbuhan sains nya tertinggi di Dunia. Kesemuanya itu tidak terlepas dari kebanggaannya hingga dapat duduk sama tinggi dengan negara-negara barat pada zaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar