Beda
Entah berapa kali kata ini menjadi pemicu berkurangnya stabilitas negeri ini. Karena perbedaan banyak orang berbondong-bondong membela masing-masing dari kelompoknya. Atas nama perbedaan, beberapa mengklaim kelompoknya yang paling benar. Dan lagi, bahkan atas nama perbedaan semua yang dianggap berbeda dan tidak sesuai diperlakukan secara tidak layak, tidak hormat.
Miris, kalau boleh jujur.
Di tengah arus globalisasi yang sedemikian pesatnya. Kita justru terjebak pada
hal ini, perbedaan. Padahal, jika menilik salah satu semboyan negara kita, kita
mengenal adanya Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sebuah
semboyan yang menjunjung tinggi perbedaan untuk dipersatukan dalam satu wadah;
Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Bicara tentang perbedaan,
maka kita akan membicarakan pula tentang toleransi.
Kebersamaan,keberagaman,persatuan, dan dalam bingkai perbedaan. Toleransi,
banyak dipahami sebagai sebuah proses penghormatan terhadap hak-hak orang lain,
kelompok lain, atau masyarakat lain yang”berbeda”. Sedangkan pemahaman ini
belum sepenuhnya berlaku di masyarakat kita pada umumnya. Lalu, bagaimana
mungkin Bhineka Tunggal Ika dapat berjalan?
Lihat saja, banyak kelompok
yang mengatasnamakan kelompok tertentu menyerang kelompok lain. Atas dasar apa?
Apakah dengan menyerang bisa menciptakan persatuan? Bukankah negara ini
menjunjung kebebasan berserikat dan berkumpul? Nah, lalu kemana toleransi?
Kemana persatuan jika masing-masing merasa kelompoknya yang paling benar dan
kelompok lain yang salah?
Memang patut menjadi PR
bersama bagi generasi muda. Cukuplah generasi saat ini yang (maaf) bisa
dikatakan terpecah belah. Tapi jangan sampai generasi mendatang menjadi
generasi yang sama, bahkan lebih buruk dari apa yang selama ini kita temukan di
masyarakat.
Beberapa tahun yang lalu
(awal SMA) saya menemukan sebuah kata yang cukup menarik. Yakni, BEDA itu GAUL . Dulu kurang begitu paham terhadap kalimat tersebut.
Banyak pertanyaan yang muncul begitu saja. Kenapa harus berbeda? Kenapa tidak
semua hal disamakan saja? Kenapa saya harus sama dengan mereka yang berbeda
makanan, berbeda bahasa, berbeda budaya, dan berbeda tempat tinggalnya.
Beberapa kemudian saya baru
memahami. Lebih tepatnya merenungkan dengan pemikiran sederhana. Begini, jika
semua orang itu sama pasti membosankan hidup ini. Jika semua wajah sama,
bagaimana mungkin kita saling mengeli, memberikan tanda kepada mereka. Dan
lagi, jika semua hal itu diseragamkan, maka bisa-bisa kita semua memilih mati
lebih awal, karena hidup yang bisa dibilang tidak menggairahkan.
Apakah demikian semua harus
berbeda? Tidak juga. Tuhan itu, adil. Bahkan sangat adil. Tentu penciptaan yang
demikian beragam ini memiliki tujuan. Dan tujuan yang paling mungkin adalah
persatuan, bukan perpecahan. Maka perbedaan adalah satu hal yang patutnya harus
diterima, bukan malah dimusuhi. Sekali lagi, beda itu gaul. Beda itu akan
menunjukkan, bahwa kita menghargai apa saja yang diciptakan dan berada di alam
semesta.
(gores-penaku.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar