"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 25 Agustus 2012

Beda itu? Gaul


Beda
Entah berapa kali kata ini menjadi pemicu berkurangnya stabilitas negeri ini. Karena perbedaan banyak orang berbondong-bondong membela masing-masing dari kelompoknya. Atas nama perbedaan, beberapa mengklaim kelompoknya yang paling benar. Dan lagi, bahkan atas nama perbedaan semua yang dianggap berbeda dan tidak sesuai diperlakukan secara tidak layak, tidak hormat.


Miris, kalau boleh jujur. Di tengah arus globalisasi yang sedemikian pesatnya. Kita justru terjebak pada hal ini, perbedaan. Padahal, jika menilik salah satu semboyan negara kita, kita mengenal adanya Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sebuah semboyan yang menjunjung tinggi perbedaan untuk dipersatukan dalam satu wadah; Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Bicara tentang perbedaan, maka kita akan membicarakan pula tentang toleransi. Kebersamaan,keberagaman,persatuan, dan dalam bingkai perbedaan. Toleransi, banyak dipahami sebagai sebuah proses penghormatan terhadap hak-hak orang lain, kelompok lain, atau masyarakat lain yang”berbeda”. Sedangkan pemahaman ini belum sepenuhnya berlaku di masyarakat kita pada umumnya. Lalu, bagaimana mungkin Bhineka Tunggal Ika dapat berjalan?

Lihat saja, banyak kelompok yang mengatasnamakan kelompok tertentu menyerang kelompok lain. Atas dasar apa? Apakah dengan menyerang bisa menciptakan persatuan? Bukankah negara ini menjunjung kebebasan berserikat dan berkumpul? Nah, lalu kemana toleransi? Kemana persatuan jika masing-masing merasa kelompoknya yang paling benar dan kelompok lain yang salah?

Memang patut menjadi PR bersama bagi generasi muda. Cukuplah generasi saat ini yang (maaf) bisa dikatakan terpecah belah. Tapi jangan sampai generasi mendatang menjadi generasi yang sama, bahkan lebih buruk dari apa yang selama ini kita temukan di masyarakat.

Beberapa tahun yang lalu (awal SMA) saya menemukan sebuah kata yang cukup menarik. Yakni, BEDA itu GAUL. Dulu kurang begitu paham terhadap kalimat tersebut. Banyak pertanyaan yang muncul begitu saja. Kenapa harus berbeda? Kenapa tidak semua hal disamakan saja? Kenapa saya harus sama dengan mereka yang berbeda makanan, berbeda bahasa, berbeda budaya, dan berbeda tempat tinggalnya.

Beberapa kemudian saya baru memahami. Lebih tepatnya merenungkan dengan pemikiran sederhana. Begini, jika semua orang itu sama pasti membosankan hidup ini. Jika semua wajah sama, bagaimana mungkin kita saling mengeli, memberikan tanda kepada mereka. Dan lagi, jika semua hal itu diseragamkan, maka bisa-bisa kita semua memilih mati lebih awal, karena hidup yang bisa dibilang tidak menggairahkan.

Apakah demikian semua harus berbeda? Tidak juga. Tuhan itu, adil. Bahkan sangat adil. Tentu penciptaan yang demikian beragam ini memiliki tujuan. Dan tujuan yang paling mungkin adalah persatuan, bukan perpecahan. Maka perbedaan adalah satu hal yang patutnya harus diterima, bukan malah dimusuhi. Sekali lagi, beda itu gaul. Beda itu akan menunjukkan, bahwa kita menghargai apa saja yang diciptakan dan berada di alam semesta.

(gores-penaku.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar