"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Senin, 27 Agustus 2012

Menyulap Lumpur Lapindo Menjadi Baterai


Sebuah bencana ternyata bisa menjadi berkah bagi yang mau berupaya. Seperti yang dilakukan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), yaitu Aji Christian Bani Adam (FMIPA-Kimia), Umarudin (FMIPA-Biologi), Oki Prisnawan Dani (FE), Yoga Pratama (FIK). 

Mereka menyulap lumpur bencana Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur menjadi peluang untuk berinovasi sekaligus turut membantu warga di kawasan tersebut. Yakni dengan memanfaatkan lumpur untuk membuat baterai bernama LUSI Cell Battery. Adapun nama LUSI itu merupakan kepanjangan dari Lumpur Sidoarjo.


Aji mengatakan, tingkat salinitas lumpur yang cukup tinggi (40%) menjadi alasan untuk membuat baterai. Apalagi didukung dengan kandungan logam akibat pengeboran, misalnya lantanida, merkuri, timbal, mangan, seng, natrium dan lainnya. Logam yang dikandung lumpur Lapindo ini merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam baterai. Mereka berempat pun lantas melakukan observasi selama tujuh bulan sejak Desember 2011. Selanjutnya penemuan itu diikutsertakan dalam kompetisi Technopreneurship yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi di Graha Widya Puspitek Serpong, 9-21 Juli lalu. Alhasil, kerja keras itu pun menuai keberhasilan dengan menjadi juara II dalam lomba tersebut.

Proses pembuatannya, Aji memaparkan, masih dengan cara manual yakni dengan memanfaatkan selongsong baterai bekas yang sudah tidak terpakai kemudian isinya diganti dengan lumpur Lapindo.
“Tentu melalui proses terlebih dahulu, yaitu lumpur Lapindo diektrasi, logam yang terkandung meliputi mangaan, merkuri, dan sebagainya kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia terus dijadikan cel kering,” katanya.

Aji mengatakan, walaupun dikerjakan secara manual untuk menyelesaikan satu buah baterai ukuran 1,5 volt hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit saja. “Sampai saat ini kami sudah memproduksi 20 buah baterai,” katanya.

Dia menegaskan, baterai ini dijual seharga Rp3.000 per buah, namun jika membeli satu paket berisi empat baterai hanya menghargai tenaga kami sebesar Rp10.000. Setiap pembelian satu paket kami donasikan 1 kg beras kepada korban lumpur Sidoharjo,” katanya sambil berkata ini untuk pengabdian kepada masyarakat.

Sementara itu, Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unnes Prof Masrukhi mengaku bangga atas prestasi yang ditorehkan para mahasiswanya itu. Dia berharap apa yang sudah dicapai Aji dan kawan-kawan tersebut dapat memicu mahasiswa lainnya di Unnes untuk berkreasi sehingga dapat dimanfaatkan masyarkat secara luas.

(http://mipa.unnes.ac.id/menyulap-lumpur-lapindo-menjadi-baterai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar