"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Jumat, 27 Juli 2012

Tahukah Anda Kalau Kata “Pahlawan” Berasal dari Bahasa Persia?


Kata Pahlawan itu adalah berasal dari bahasa Persia, yang merupakan bahasa kelompok Indo-Eropa dari keluarga bahasanya. Dituturkan di IranTajikistan,Afganistan dan Uzbekistan. Jumlah penutur totalnya sekitar 75 juta orang. Sedangkan di Iran, penutur asli bahasa ini sekitar 60% penduduk. Bahasa ini juga tergolong bahasa tertua, yang diperkirakan usianya lebih tua daripada Bahasa Sansekerta. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Persia)

Daftar ini merupakan senarai kata-kata pungutan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Melayu tradisional dan bahasa Indonesia modern. (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Persia_dalam_bahasa_Indonesia)
A
Anggur, abdas, acar (اچار): sayuran dan/atau buah yang diasamkan dengan cuka, adas, aftab, agar, aiwan, ajaibkhanah, akhtaj, almas, alwah, andam, anggar, anjar, anjiman, anjir, arghawani,

asa, asmani, atisynak, azad

B
Baba, bad, badam, badi, bafta, bahadur, bahaduri, bahar, bahari, bajan, baju, bakht, baksis, bala, balabad,

bam, bandar, bang,barzanji, basyah, bau, baz, bedebah, bergendan, beriani, betah, biadab, bibi, bius, bokca,

bozah, bulbul, burjasmani, bustan

C
Cadar, caku, cambuk, camca, canar, cara, cawusy, cerakin, cogan, cokmar

D
Dabir, dafnah, daftar - senarai-, dafti, dalkhana, dam, daman, dargah, darwis, darya - sungai-, Syr Darya, Amu Darya, dastur, dawat, dayah, demama, derji, destar, dewala, dewan, dibacah, dibaj, dipan, domba, dualpa, dunah

E
Emat syah, enap

F
Fahrasat, faradkhana, firman, fistan

G
Gandum, gaibana, gaz, geram, geta, giwah, gogah, gul, gurg, gusti

H
Halia, haramzadah, hardam, hauri, hazar, Hindu, Hindustan, hookah

I
Ijas, inai, istana

J
Jabah, jadah, jah, jau, johan, jung

K
Kahrab, kala, kalamdan, kalamkari, kalandar, kamar, kamasta, kamkha, kanjar, kapri, karkun, karwan, kasa,

kasykinah, katwalkaus, kawin, kaya, Kebuli, kelasi, kelebut, kelembak, kelisa, kenduri, kermi, keskul, khakan,

khanah, khara, khik, khojah, khunkar, khusy, kia, kiani, kisah, kismis, kobah, koja, kulah, kumkuma, Kurasani,

kurma, kus, kusti, kutubkhana, kanun

L
La’al, lagam, laksa, langgar, laskar, lazuardi, leja, limau

M
mahtab, mardan, matab, Mir, Mirza, Mobad, mohor, mojah, mucah, muri

N
Nisan, nafiri, nakhoda, namad, naram, naranja, nargis, nauroz, norouz, nawab, nekara, nobat, Nusyirwan atau Anusyirwan: seorang raja Persia legendaris dari abad ke-6.

O
Onar

P
Padsyah, Pahlawan, paizhar, paluda, panir, panja, parwah, pasar, pelana, pelita, penjara, perca, perdah, peri - makhluk mitologis-, Peringgi, persangga, pesona, piadah, piala, pilpil diraz, pinggan, piring, pirus, piruz, pokta, pupal, purdah.

R
Ramal, rebana, reja, rubah, ruji, rukh, Rustam, sabas, sabi, sag, sakar, salbiah, sambuk, samsir, sang, sanggur,

sardar, sardi, sarhad, sarwar, sasar, saudagar, segani, sekelat, seluar, semandar, semberani, serahi, serai, serang,

serasah, serban, serunai, sihir-baz, sikari, simian, sipahi, sis, siuman, sufal, Sufian, sulaiman, Suryani, syah,

syahansyah, syahbandar, syahmat, syahmurah, syahriar, syahru, syak,syatranj, syaukaran,sabun

T
Taftah, tagerak, tajuk, takhta, tam, taman, tamasya, tanggah, tarkas, tebar, teji, tembakau, tembosa, teraju,

tesmak, tezrau, tir, tufangka

W
Wirid

Y
Yazdi

Z
Zamin, zamindar, Zanggi, Zaradusyti, Zarathustra, Zoroasterzarbaf, zarkar, zartari, zarzari, zir, zirah. zirbad


Mungkin, diantara kata kata tersebut di atas, ada yang tidak kita pahami, tetapi dahulu kata kata tersebut sering dipakai oleh nenek moyang kita. Ada juga kata kata serapan itu yang dipakai di daerah, jadi bahasa lokal, misalnya abdas, yang berarti wudhu, dalam bahasa Sunda sering digunakan sebagai kata halus dari wudu atau wulu.

Termasuk kalau anda seorang muslim asli orang sunda, yang waktu kecil belajar baca Alquran, dengan cara mengeja, alif jabar a, alif pees u, alif jeer i, a i u… dan itu ternyata semua berasal dari bahasa Persia (jabar, pees dan jeer, itu semua bahasa persia).


Pahlawan versi Iran

Sebenarnya kata Pahlawan itu sendiri, sama makna dan artinya dengan yang digunakan di Indonesia atau di Iran. Hanya kata “Syahid” di Iran adalah kata bahkan bisa juga disebut sebagai “gelar kehormatan” untuk orang orang yang meninggal dunia, demi membela negara. Mereka lebih suka memanggilnya dengan sebutan Syahid daripada Pahlawan.
Syahid itu sendiri adalah bahasa Arab dan istilah dalam agama Islam, bagi orang orang yang meninggal dunia di Jalan Allah Swt. Negara, mereka sebut dengan “al Muqaddas”, bahasa Arab, yang artinya yang disucikan. Negara, mereka sebut al Muqaddas, dengan alasan bahwa sebagai tempat “suci” , tempat mereka hidup, tidak boleh sedikitpun tanah itu diganggu bahkan diambil, apalagi secara paksa.

Perang Iran Irak dikenal sebagai pertahanan suci atau difa’ muqaddas, yang bermula pada bulan September tahun 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988. Pada perang ini banyak rakyat Iran yang menjadi syahid, dan para syahid itu kebanyakan dimakamkan di Beheshti Zahra (Pemakaman terbesar di Iran, yang terletak di selatan Tehran, dengan luas 534 Hektar, dibangun pada tahun 1952). Sebenarnya Beheshti Zahra adalah pekuburan untuk masyarakat umum juga, tetapi khusus untuk para Syahid mempunyai tempat khusus disana. Termasuk makam pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini beserta isteri dan salah satu anak laki lakinya dimakamkan di komplek pemakamam tersebut.


Perlakuan Orang Iran kepada Para Pahlawan Mereka

Sebenarnya sama saja dengan Indonesia, mereka para pahlawan , namanya dijadikan nama jalan, sekolah, atau tempat umum lainnya. Juga setiap hari Jumat, “taman makam pahlawan” di Iran, selalu penuh dengan peziarah, saya kurang tahu kalau di taman makam pahlawan di Indonesia, apakah penuh juga setiap hari jumat dengan peziarah?, juga di sekolah sekolah sampai di Perguruan tinggi, para pahlawan itu diperkenalkan lewat pelajaran sejarah yang menjadi kurikulum resmi sekolah.

Yang berbeda, ketika sambutan “Hari Kemerdekaan” yang notabene hasil dari perjuangan para pahlawan tersebut diatas, kalau di Indonesia, di samping upacara kemerdekaan, juga heboh dengan perlombaan perlombaan hiburan. tetapi kalau di Iran, Hari Kemerdekaan mereka disambut dengan turun ke jalan jalan, dan meneriakkan yel yel anti Amerika dan Israel, perjuangan mereka membela tanah air mereka masih berlangsung sampai sekarang. Berbeda dengan kondisi di negara kita.


Kenapa sampai Bahasa Persia banyak mempengaruhi bahasa kita?

Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.

Teori Persia ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.

b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.

c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.

d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.


*Sifa Sanjurio
(kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar