Iran bukanlah anak kemarin sore yang mudah takluk dengan hanya gertak sambal lewat pemberlakuan embargo oleh dunia Barat. Sebab, sejarah mencatat Iran berulang kali diembargo, namun tetap saja bertahan bahkan mampu berkembang secara mandiri.
Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat Bidang Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, KH
Muhyiddin Junaidi, mengatakan, ada tiga alasan mengapa Iran tidak terpengaruh
dengan tekanan-tekanan yang dilakukan dunia barat. Pertama, kekuatan Iran bersumber
pada figur pemimpin spiritual.
"Apa yang dikatakan pemimpin spiritual maka
akan diikuti oleh masyarakat Iran.
Figur pemimpin spiritual merupakan kekuatan yang luar biasa bagi Iran,"
kata Muhyiddin saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (24/1).
Yang kedua, kata Kiai Muhyiddin, masyarakat Iran memiliki
rasa nasionalisme yang kuat. Masyarakat Iran akan melakukan apa saja untuk
mempertahankan keutuhan negara mereka."Ambil kasus pembunuhan ilmuwan
nuklir Iran, kematian itu
bukan menciutkan masyarakat Iran
untuk mempelajari ilmu tentang nuklir, sebaliknya mereka kian bersemangat
mempelajari ilmu tentang nuklir," kata dia.
Yang terakhir, menurut Kiai Muhyiddin, masyarakat Iran begitu
cinta dengan ilmu dan teknologi. Sebagai catatan, Iran mengalami perkembangan ilmu
dan teknologi demikian pesat." "Salah satunya, bagaimana Iran mencontoh
Kanada dalam budidaya gandum.
Faktanya, Iran
tidak lagi impor gandum, Iran
telah memiliki kemampuan untuk mengekspor gandum. Kemampuan ini mensejajarkan Iran dengan Israel yang mampu mengembangkan
zaitun dalam kondisi tanah yang tidak subur," kata Kiai Muhyiddin.
Karena itu, Kiai Muhyiddin sangsi bahwa embargo
yang dilakukan Barat, utamanya Uni Eropa akan menyurutkan kemampuan mandiri
bangsa Iran."Dari
efek jangka pendek embargo yang diberlakukan memang berpengaruh, tapi tidak
menjamin efek jangka panjangnya," pungkas dia.
(republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar