Sejak runtuhnya Uni Sovyet dan musnahnya blok Timur, Barat dengan AS
sebagai pelopor menancapkan hegemoni ekonomi dan politik melalui sain
dan budaya westernisasi demi mengikis akar kultur dan agama di dunia
ketiga, terutama Islam. Sebagai akibatnya, muncullah sekularisme
Islam, liberalisme Islam dan beragam pemikiran yang menentang dan
menggugat ortodoksi dan mendesakralisasi wahyu dan simbol-simbolnya
dengan kampanye anti kultus individu, positivisme dan sebagainya.
Dominasipun berlaku. Selama beberapa dekade, konflik sekularisme dan
ortodoksi terus mengalihkan perhatian dan menyibukkan generasi demi
generasi.
Sejak peristiwa WTC, Barat dan AS sebagai pelopor mengubah modus
pemantapan hegemoni dengan mennciptakan "musuh Amerika" dengan
kampanye media secara masif demi menciptakan fobia Islam. Kebencian
kepada Amerika dan Barat telah dikelola secara sistematis dan
sistemis. Terorisme, esktremisme dan kekerasan berkedok relijiusitas.
Sebagai akibatnya, terjadilah polarisasi di dunia Islam antara Islam
genit (yang telah diciptakannya pada era sebelumnya) dan "Islam
sengit" yang dihadirkan sebagai reaksi terhadap "Islam genit".
Sejak kehadiran Iran sebagai kekuatan yang keluar dari orbit hegemoni
dan sebagai antisipasi terhadap meluasnya "Islam proporsional" yang
memadukan kesadaran transenden dan kesadaran immanen yang mengubah
peta hegemoni melalui "aliansi perlawanan" dengan satu target:
mencerbut virus utama yaitu Israel yg dihadirkan sebagai sumber
instabilitas, Barat dan AS menjadikan dunia Islam sebagai medan tempur
aliansi "Islam sengit" - "Islam sengit" melawan "Islam proporsional"
yang direpresentasi oleh Iran melalui kelola konflik di sejumlah
negara yang dianggap menyimpan potensi perlawanan dengan paradigma
baru "Islam proporsional", seperti Irak yg dianggap sebagai saya kanan
dan Suriah sebagai sayap kiri, lalu Mesir dan Indonesia.
Dalam area pergaulan antar negara, Iran dan aliansinya disudutkan
dengan embargo ekonomi dan militer. Dalam arena pergaulan antar
bangsa, terutama di Dunia Islam, modus pertama adalah Iran dipojokkan
dengan isu demokrasi, kebebasan, HAM demi memasukkan para islamis
genit dalam kampanye anti Iran. Modus kedua Iran (sebagai negara
dengan penduduk mayoritas Syiah) dikeroyok dengan manipulasi sentimen
dan kebencian sektarian demi memasukkan semua non Syiah (wahabi,
Sunni) dalam pertempuran, polemik, provokasi di dunia nyata dan maya.
Targetnya: melestarikan hegemoni dengan paket utama mengalihkan
perhatian dan kebencian dari Israel ke Iran dan Syiah.
Indonesia sebagai negara non Arab (yang secara histioris memeiliki
hubungan kutural dengan Syiah dan Persia) dengan penduduk negeri
Muslim Sunni terbesar adalah calon mitra strategis aliansi "Islam
prporsional" yang kini sedang digarap secara intensif oleh AS dan
cecunguk-cecunguknya dengan beragam modus, tampilan dan jargon.
Perguruan tinggi-tinggi negeri dijadikan sebagai lahan gratis
pembibitan generasi muda ekstremis. Penetrasi di semua lini penting di
tengah masyarakat, seperti BUMN bahkan kementerian bahkan
cabang-cabang ormas-ormas Islam mainstream seperti NU, Muhammadiyah
dan MUI.
(islamtimes.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar