Demo Al Quds adalah sebuah refleksi umat manusia terhadap berbagai bentuk ketertindasan dan ketidakmerdekaan. Awal dari demo ini dicanangkan oleh sang Revolusioner Iran Imam Khomeini sebagai bentuk kepedulian terhadap ketertindasan rakyat Palestina oleh Pemerintahan Zionis Israel.
Di Indonesia dan berbagai belahan dunia melakukan aksi damai pada setiap Jum’at terakhir bulan Ramadhan. Pada tahun ini (2012) di Indonesia bertepatan dengan Perayaan kemerdekaan 17 Agustus. Sehingga demo Al Quds yang biasanya dilakukan pada hari Jum’at, tetapi moment kali ini dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2012 secara serentak di berbagai daerah di Indonesia yg terdiri dari berbagai ormas.
Di Jakarta, pada Rabu, 17 Agustus 2012 pukul 17.00, koran menurunkan sebuah berita bertajuk “Demo Anti AS Macetkan Jalan Thamrin“. Pada intinya koran menuding ribuan demonstran yang turun ke jalan-jalan memperingati hari solidaritas internasional Palestina, atau kerap disebut Hari Al Quds, sebagai biang kerok kemacetan di jantung metropolitan. Koran menulis: “aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia … menyebabkan lalu lintas di jalan MH Thamrin macet parah. Hinggal pukul 16:30 WIB, kemacetan panjang terjadi khususnya dari arah Monas menuju kawasan Jalan Sudirman.”
Kompas hanya mengungkap separuh cerita. Ini yang mereka sembunyikan ke khalayak pembaca:
1. Di sore yang sama, Istana Kepresidenan membangun podium tetamu peringatan 17 Agustus di luar pagar Istana Negara. Bangunan podium sedemikian besarnya hingga memakan separuh badan Jalan Medan Merdeka Utara.
2. Reporter Beritaprotes.co yang melintas di Medan Merdeka pukul 16.00 tak mendapati adanya kemacetan parah seperti yang digambarkan Kompas. Dari tikungan Medan Merdeka Utara ke simpan Sarinah, dengan bermobil reporter kami hanya perlu kurang dari 10 menit. Memang, arus kendaraan padat. Tapi disebutkan macet parah jelas berkebalikan dengan fakta. Twitter TMC Polda Metro Jaya sore (lihat capture Slide Foto) menyebutkan arus kendaraan di seputaran Thamrin “terpantau padat”. Tapi ini karena bertepatan dengan waktu pulang kantor, sekaligus imbas pencekikan ruas jalan di depan Medan Merdeka Utara. Tapi kepadatan itu cepat terurai. Dua tiga polisi lalu lintas mengawal setiap persimpangan Thamrin dan Sudirman.
3. Hari demi hari dalam satu dekade terakhir, Bundara HI selalu saja macet setiap sore jelang puku 4. Salah satunya penyebabnya yang tak pernah berani dituliskan Kompas adalah kemacetan itu adalah harga yang harus dibayar penduduk Jakarta setelah polisi memberi akses kelancaran arus kendaraan pada Kedutaan Amerika dan kompleks-kompleks pemerintahan di Medan Merdeka. Sudah rahasia umum kalau lampu merah di seputaran Medan Merdeka disetel lancar dan ini berujung pada berpindahnya kemacetan ke ruas-ruas jalan terdekat.
4. Bahwa kemacetan sore itu tak ada beda dengan kemacetan parah di hari-hari sebelumnya. Banyak media telah menuliskan kalau hampir semua ruas jalan Jakarta dalam 2-3 hari terakhir kerap macet parah. Di Thamrin dan Sudirman khususnya, kemacetan dipicu oleh membludaknya orang-orang ke mal-mal mewah dan pusat perdagangan.
5. Kemacetan di Bundaran HI pada sore itu terjadi bahkan sebelum ribuan demonstran mulai berkumpul di depan Kedutaan Amerika Serikat, sekitar pukul dua siang!
Jika fakta itu menunjukkan rabun akut pada redaksi Kompas, paparan koran soal demonstrasi besar di depan Kedutaan Amerika Serikat kental dengan tudingan, prasangka dan propaganda.
Koran menulis: “Sebelum tiba di lokasi Bundaran HI, para pengunjuk rasa lebih dulu berunjuk rasa di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Para demonstran tampak menyanyikan yel-yel bernada hujatan serta cacian kepada AS dan Israel. “Amerika musuh Islam, Amerika musuh Allah,” teriak pengunjuk rasa”.”
Kompas benar soal banjir hujatan di depan pintu gerbang Kedutaan Amerika. Yang koran sembunyikan adalah fakta bahwa hujatan itu punya konteks besar – dan reporter Kompas tahu soal ini.
Mereka yang berorasi sore itu menyebutkannya dengan jernih. Amerika dihujat sebab jadi biang kerok pembantaian massal, kekecauan dan ketakadilan dunia modern. Amerika yang membomatom Nagasaki dan Hirosima. Amerika yang membunuh ratusan ribu orang di Vietnam. Amerika yang menginvasi negara berdaulat Irak, Afghanistan, dan Libya. Amerika yang mengancam membomatom negara berdaulat Iran. Amerika yang mensponsori Al Qaeda untuk berbuat kekacauan di Suriah.
Israel? Kompas hanya tak punya nyali menuliskan isi orasi demonstran Hari Al Quds. Toh, fakta kebiadaban dan penjajahan Israel atas Palestina sudah sebanyak air lautan yang menampir pesisir pantai. Soalnya nampaknya lagi-lagi soal prasangka. Koran seperti sengaja mendorong pembacanya tak bersimpati pada demonstrasi solidaritas Palestina dengan ‘mengaitkannya’ dengan soal-soal klise macam kemacetan di Bundaran HI.
Adakah yang terakhir karena Kompas ingin menyembunyikan fakta kalau demonstran Al Quds sore itu menyuarakan penentangan keras terhadap rencana pembangunan gedung baru Kedutaan Amerika; yang berbarengan dengan rencana Kedutaan Amerika menghancurkan gedung bersejarah Perdana Menteri Sjahrir yang mereka okupasi diam-diam selama beberapa dekade?
Demonstrasi di depan Kedutaan Amerika sore itu jadi saksi betapa ribuan demonstran berebut menorehkan teken penentangan pada rencana Kedutaan Amerika. Ini kali pertama dalam sejarah penentangan itu dibubuhkan di selembar kain besar dan disaksikan banyak wartawan. Sayang, Kompas sama sekali tak menyebutkannya — walau sepatah kata! Demikian warta dari http://beritaprotes.com/
Di Jawa Timur demo Al Quds terkonsentrasi di wilayah Surabaya dan diikuti kurang lebih 1000 orang peserta. Teriakan yang sama ditujukan kepada Amerika dan Israel yang menjadi aktor dari hampir sekian banyak kerusuhan dan tragedi kemanusiaan.
Demikian juga di Jawa Tengah, terkonsentrasi di wilayah Semarang. Peserta berasal dari beberapa elemen organisasi seperti HMI, Pecinta Ahlul Bait Indonesia di berbagai wilayah di Jawa Tengah dan beberapa organisasi lain yang turut serta bergabung didalamnya.
Hal ini menunjukkan bahwa demo Al Quds bukanlah demo yang dilakukan semata-mata karena persoalan sektarian atau persoalan madzhab, tetapi lebih pada kepedulian dan refleksi atas tragedi kemanusiaan terutama di Palestina yang selama ini kedaulatannya telah ditindas oleh kaum zionis.
(patriotiknasionalis.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar