Penerapan sanksi-sanksi sepihak dan pembatasan finansial dan perdagangan selalu menjadi salah satu instrumen ilegal kekuatan hegemoni AS untuk menekan Republik Islam Iran sepanjang 34 tahun lalu. Dalam beberapa tahun terakhir khususnya sejak 2012, sanksi-sanksi tersebut semakin diperluas. Salah satu fokus utama sanksi adalah mengembargo industri minyak dan lembaga-lembaga keuangan Iran. Tujuan Washington dari aksi itu adalah untuk menciptakan perpecahan antara rakyat dan pemerintah serta memaksa Iran untuk mengamini ambisi-ambisi Barat.
Namun, Republik Islam Iran dalam 34 tahun lalu telah mengambil pelajaran berharga dalam melawan tindakan-tindakan konfrontatif AS dan juga mencapai keberhasilan yaitu, resistensi terhadap AS. Strategi Republik Islam dalam menghadapi sanksi-sanksi ketat ekonomi adalah mengadopsi kebijakan ekonomi muqawama. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei sejak beberapa tahun lalu berkali-kali menekankan untuk mengadopsi strategi tersebut dalam menghadapi sikap bermusuhan AS.
Ayatullah Khamenei dengan memperhatikan eskalasi tekanan ekonomi AS terhadap Iran, menamakan tahun 1392 Hijriyah Syamsiah sebagai Tahun Epik Politik dan Epik Ekonomi. Penekanan Rahbar untuk merealisasikan epik ekonomi sejalan dengan kebijakan ekonomi muqawama. Ekonomi muqawama adalah sebuah langkah untuk memberi respon proporsional terhadap upaya-upaya musuh guna meminimalisir dampaknya terhadap perekonomian negara. Pada dasarnya, kebijakan ekonomi muqawama bertugas mengidentifikasi target-target tekanan dan kemudian berusaha untuk mengontrol dan membuatnya tidak efektif, dan dalam kondisi ideal, mengubah sanksi menjadi peluang.
Optimisme, partisipasi semua pihak, dan pengelolaan rasional dan bijak adalah prasyarat untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan ekonomi muqawama demi menggagalkan sanksi. Pertahanan delapan tahun bangsa Iran terhadap agresi rezim Saddam Hussein merupakan sebuah teladan bagi dunia tentang bagaimana melawan dan memperoleh kemenangan terhadap skenario Barat dan Timur. Sepanjang Perang Pertahanan Suci, rezim Saddam, Barat, dan Timur telah meremehkan perlawanan rakyat dengan berbagai bentuknya.
Seruan Imam Khomeini ra untuk melawan agresi Saddam dan partisipasi luas rakyat di medan-medan tempur, telah membuat tentara Saddam kelimpungan dan terpaksa mundur ke garis perbatasan internasional. Jika tanpa dukungan AS dan Uni Soviet, tentu saja rezim Saddam sudah tumbang. Rakyat Iran berkali-kali telah menggagalkan kalkulasi AS dan sekutunya dalam tindakan bermusuhan mereka terhadap bangsa ini. Salah satu peristiwa terbaru adalah pelaksanaan pemilu presiden Iran yang berlangsung sukses dan meriah.
Rakyat Iran kembali menunjukkan tentang bagaimana mereka bersatu dan melawan propaganda AS dan Barat terhadap pelaksanaan pesta demokrasi di Republik Islam. Iran sukses menggelar pemilu presiden yang membuat dunia tercengang. Pemilu 4 Juni lalu diselenggarakan dengan meriah dan bebas dan sekali lagi membuktikan tingginya tingkat kepercayaan publik terhadap sistem Republik Islam. Pemerintah-pemerintah Barat sebelumnya berharap pesta demokrasi di Iran akan berujung pada pemberontakan rakyat dan memunculkan kekacauan massal.
Akan tetapi, kompetisi serius di antara para kandidat presiden, antusias warga untuk mengikuti pemilu, dan kearifan mereka untuk memilih, telah merusak semua skenario AS dan musuh-musuh lain bangsa Iran. Oleh karena itu, AS dan pemerintah-pemerintah Barat keliru dalam strategi mereka untuk menekan Iran dengan memperketat sanksi ekonomi dan perdagangan. Tentu saja, tidak dapat dipungkiri bahwa sanksi berpengaruh pada ekonomi dan perdagangan Iran serta penurunan daya beli masyarakat. Namun, rakyat Iran akan kembali menunjukkan tentang bagaimana mengubah ancaman menjadi peluang untuk perkembangan dan kemajuan negara. Ayatullah Khamenei telah menjelaskan strategi-strategi unuk melawan sanksi dan para pejabat lain juga telah membuka jalan untuk merealisasikannya.
Republik Islam Iran memiliki potensi besar dari segi letak geografi, sektor ekonomi, perdagangan, pertanian, sumber-sumber daya alam, jasa, dan sumber daya manusia. Ekonomi muqawama bukan berarti pengetatan ekonomi, tapi pemanfaatan semua potensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menangkal sanksi serta bergerak menuju kemajuan di berbagai bidang ekonomi dan sains. Kondisi iklim empat musim dan letak geografi memberi peluang kepada Iran untuk menambah produksi hasil pertanian serta memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Sektor pertanian memiliki tempat khusus dalam bidang ekonomi dan keamanan pangan. Menurut kebijakan pengembangan ekonomi, sektor pertanian dalam proses pertumbuhan dan perkembangan negara memikul tugas penting dan mendasar. Data terbaru yang dirilis oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) menunjukkan bahwa Iran termasuk salah satu produsen terbesar hasil pertanian di dunia. Iran tercatat sebagai produsen utama kacang pistachio dan produsen kedua kurma di dunia.
Sanksi minyak merupakan sebuah peluang – daripada menjual minyak mentah – untuk mengubahnya menjadi aneka produk petrokimia, bensin, dan produk-produk penting lainnya. Selain menciptakan nilai tambah dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga dapat mengekspor produk-produk tersebut dengan mudah ke pasar dunia. Ayatullah Khamenei menilai produksi kekayaan melalui sumber-sumber yang energi tak terbarukan seperti minyak adalah penipuan terhadap diri sendiri. Rahbar menegaskan, "Menjual produk mentah adalah warisan tahun-tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam dan sangat disayangkan negara saat ini masih tetap terlena dan melakukannya. Harus ada upaya untuk menyelamatkan bangsa Iran dari jebakan ini."
Dengan memperhatikan pada teknologi canggih dan modern dunia, setiap barel minyak mentah diperdagangkan di pasar dunia minimal 220 dolar dan maksimal 1370 dolar. Republik Islam Iran jika memandang dari perspektif ekonomi muqawama, penjualan minyak mentah dapat dikurangi atau diputus sama sekali untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Landasan produksi kekayaan di dunia berhubungan dengan produksi sains dan teknologi serta pemanfaatannya untuk kemajuan, di mana Iran juga telah memperoleh kemajuan besar di kedua bidang tersebut.
Menurut statistik dan indeks dunia, Iran mampu memperoleh peringkat pertama produksi ilmu pengetahuan di kawasan Timur Tengah dan peringkat pertama perkembangan ilmu di dunia. Di tahun 2010 Iran, berhasil menorehkan rekor produksi ilmu pengetahuan dengan jumlah 18.319 bila dibandingkan dengan tahun 1990 dan 2000. Dalam tahun tersebut, jumlah makalah ilmiah di Iran tercatat 186 dan 1387 buah. Maraknya makalah ilmiah di pusat-pusat riset dibanding dengan tahun pertama kemenangan Revolusi Islam menunjukkan pesat lajunya sains di Iran.
Dalam ekonomi muqawama, langkah pertama adalah mengidentifikasi ancaman-ancaman ekonomi musuh dan titik-titik kelemahannya, dan kemudian mencari solusinya dan mencegah dampak-dampak sanksi terhadap masyarakat. Jika tujuan-tujuan ekonomi muqawama terealisasi, maka AS dan sekutunya akan memahami kesalahan besar mereka dalam menghukum Iran. Sebab, sanksi-sanksi itu akan berubah menjadi sebuah peluang berharga untuk kemajuan Republik Islam.
(irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar