"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Jumat, 01 Maret 2013

Sunni-Syiah Hidup Berdampingan di Iran

Ulama Sunni Iran: Seyyed Ebrahim Fazel Hussini dan Syeikh Qadhi Zadeh Abdulaziz.
Kelompok minoritas Suni atau Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Iran sering digambarkan media Barat mendapat perlakuan tak adil dari pemerintah yang mayoritas Syiah. Namun, dua orang ulama Sunni yang berkunjung ke Indonesia, pekan lalu membantahnya sebagai berita bohong dan fitnah. Menurut keduanya, pemerintah Iran menghormati kelompok Sunni dan memberikan kebebasan untuk mendirikan madrasah, masjid serta keleluasaan untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan mereka.


Diperkirakan masyarakat Sunni Iran berjumlah 15 juta dari 70 juta penduduk Iran. Umumnya mereka tinggal di daerah perbatasan. Di perbatasan sebelah selatan dan barat mayoritas bermazhab Syafi’i, sedangkan sebelah timur bermazhab Hanafi.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dan kebijakan pemerintah Iran terhadap minoritas Sunni, Wartawan Prioritas Salman Nasution dan Fotografer Adri Irianto, berkesempatan berbincang-bincang dengan dua ulama Sunni Iran, yakni Seyyed Ebrahim Fazel Hussini, Khatib dan Imam Jumat bermazhab Hanafi di Kota Mashad, Provinsi Khorasan, dan Syeikh Qadhi Zadeh Abdulaziz, Khatib dan Imam Jumat bermazhab Syafi’i di Kota Laristan, Provinsi Fars, Selasa pekan lalu, di Gedung Islamic Cultural Center Alhuda, Jakarta Selatan.

Apakah ada kesulitan mendirikan masjid dan madrasah Suni di Iran?

Kita bisa mendirikan masjid atau madrasah di mana saja yang kita inginkan. Tapi tetap mengikuti peraturan yang berlaku. Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan.

Di dalam madrasah Sunni juga diajarkan tentang Ahlulbait?


Dalam buku pelajaran yang kita gunakan ada buku-buku khusus, seperti fikih Imam Syafi’i. Dalam fikih perbandingan juga kita ajarkan fikih Imam Ja’far. Semua buku-buku yang diajarkan oleh pesantren Sunni dan Syiah juga dipelajari.

Apakah Anda menerima bantuan dari negara Sunni Timur Tengah seperti Arab Saudi?


Tidak ada bantuan langsung dari negara sekitar Iran kepada kami. Tapi, bantuan dari orang Sunni Iran yang bekerja di Kuwait, Emirate atau Saudi. Kami terima untuk pembangunan masjid atau sekolah.

Dalam menuntut ilmu, apakah santri Sunni Iran juga pergi belajar ke Mesir atau negara lainnya?

Saya dulu sekolah S1 di Iran dan S2 Jurusan Fikih Imam Syafi’i di Arab Saudi. Namun, setelah revolusi kita mengalami berbagai perkembangan. Kita telah berhasil membangun pendidikan agama hingga ke tingkat paling tinggi. Karena itu, kita tidak perlu lagi sekolah ke luar Iran.

Pernah terjadi konflik keras antara Sunni-Syiah di sana?


Pernah. Tapi setelah diselidiki ternyata ada tangan-tangan musuh Islam yang bermain di belakang konflik itu. Mereka menggambarkan adanya intoleransi antara Sunni dan Syiah. Padahal kita hidup bersama dengan sangat toleran.

Bagaimana kehidupan masyarakat Sunni di Iran?


Kita hidup di Iran dengan mayoritas Syiah tapi kita mendapatkan perlakukan yang sama. Dalam Pasal 12 Konstitusi Iran dinyatakan, negara mengakui berbagai mazhab, baik Syiah maupun empat mazhab Sunni, untuk hidup di Iran dan memiliki hak yang sama untuk pendidikan, pekerjaan dan lainnya.

Apakah di sana juga berkembang kelompok-kelompok Takfiri (Kelompok yang mengkafirkan orang lain di luar kelompoknya)?

Baik di kalangan Syiah dan Sunni ada saja Takfiri. Tapi Itu sedikit. Mereka ini tidak diterima, tidak punya tempat di kalangan mayoritas kedua mazhab, sehingga usaha memecah belah umat yang mereka lakukan selalu gagal.

Jangan-jangan kedatangan Anda ini mewakili dan dibayar pemerintah Iran?


Itu kebohongan nyata. Kami semua melakukan ini atas keinginan sendiri. Sesuai dengan akidah, demi persatuan Islam. Kami juga siap ke berbagai negara dengan ongkos kami tanggung sendiri.

Apa komentar Anda tentang film dan kartun yang menghina Nabi?


Ada sebuah ungkapan yang mengatakan saat tertimpa sebuah musibah maka semua unsur yang berbeda pandangan atau berselisih akan bersatu. Dan pertanyaan kita adalah, apakah ada musibah yang lebih besar daripada penghinaan kepada Nabi kita Muhammad saw. Saatnya kaum Muslimin untuk bersatu dan merapatkan barisan. Mendekatkan hati kaum Muslimin dari ujung Moroko hingga Indonesia dan bersatu menggagalkan rekayasa musuh Islam, Amerika dan Zionisme

(prioritasnews.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar