"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 20 Februari 2013

e-Wayang, Biar Digital Tetap 'Berjiwa' Tradisional


Bagi kebanyakan anak zaman sekarang, wayang mungkin terdengar tidak menarik. Tapi di tangan tiga serangkai pendiri e-wayang, Mawan Sugiyanto, Rina Mardiana dan Dhiny, wayang menjadi sesuatu yang harus dinikmati dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang sudah berumur ratusan tahun itu. 




Bagi mereka, keberadaan wayang tradisional saat ini telah mengalami tantangan zaman, seperti yang dilakukan ketiganya dalam membuat wayang lewat cara digital.


"Keberadaan wayang dalam format digital bertujuan meningkatkan apresiasi terhadap salah satu warisan budaya ini. Agar wayang tak hanya menjadi legenda di kalangan orangtua dan hanya di lokal Indonesia karena sekarang kan konteksnya sudah globalisasi," kata Rina.

Formatnya yang digital menurut mereka membawa keuntungan dari sisi publikasi. Selanjutnya, wayang yang digarap secara digital itu, mereka kembangkan menjadi berbagai produk turunan antara lain komik strip, buku komik dan animasi. 

Selain menjadi sarana promosi, produk tersebut juga digunakan sebagai media penyampaian nilai-nilai atau kritik sosial. Dan mereka meyakini, upaya yang dilakukan adalah salah satu langkah melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia.

"Yang paling utama memang kita promosikan adalah produk utamanya, yaitu metode membuat e-wayang. Tapi produk turunannya, seperti komik strip yang paling sering, itu biasanya kita buat cerita pendek yang isinya sindiran-sindiran dan isu yang sedang hangat," kata Mawan yang bertugas membuat wayang.

Penggarapan wayang secara digital memudahkan Mawan memodifikasi wajah wayang menyerupai figur yang tengah menjadi pemberitaan. Lucunya, menurut Mawan, beberapa orang yang melihat wayang ciptaannya ternyata bisa mengenali.

"Contoh ketika saya membuat wayang yang memang ditujukan untuk menyindir kasus Gayus. Wayangnya masih setengah jadi, saya publish di Facebook. Tidak ada keterangan atau cerita yang menunjukkan itu Gayus, tapi mereka mengenali. Bahkan kemudian jadi ramai saling berkomentar, kalau begitu ditambah kacamata dan wig dan sebagainya," kata Mawan seraya tertawa.

Kesenian wayang memang sarat pengetahuan dan nilai-nilai sosial. Ini yang coba diterapkan e-wayang, meskipun hadir dalam format berbeda. Selain kritik sosial, e-wayang juga digunakan untuk menyampaikan pesan lingkungan.

(detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar