"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 22 Desember 2012

Peringatan Hari Ibu dan Hari Perempuan di Iran


Specially for My and also Our Mother:
“M” is for the million things she gave me
“O” is for the way she never grows old
“T” is for the tears she shed to save me
“H” is for her heart of purest gold
“E” is for her eyes, with love-light shining
“R” means right, and right she’ll always be
Put them all together,they spell “MOTHER”,A word that means the world to me.
(Howard Johnson, 1915)


Sudah menjadi kebiasaan menyambut peringatan hari ibu dan hari perempuan di Iran, jauh hari sebelum hari H, para suami sibuk mencari hadiah untuk diberikan kepada isterinya tercinta, begitupula anak anak sibuk mencari hadiah untuk para ibunya. Toko toko, supermarket, atau pun pusat pembelanjaan, rame dengan iklan dan discount harga khusus.


Hari Ibu dan Hari Perempuan ini di Iran diperingati berdasarkan atas hari kelahiran putri Nabi Muhammad Saw, Sayyidah Fatimah al Zahra, yang diyakini sebagai perempuan “rahmatan lil alamin”, sosok perempuan teladan dan panutan sepanjang masa, yang lahir pada hari Jumat, tanggal 20 Jumadi al Tsani (biasanya antara bulan April, Mei dan Juni) pada tahun kelima sebelum ayahandanya Nabi Muhammad Saw menjadi Rasul. Sudah menjadi kebiasaan di Iran, para ibu mendapatkan hadiah dari anak anaknya, ataupun para isteri mendapatkan hadiah dari para suaminya, begitupun para perempuan yang belum menikah, mereka saling mengucapkan selamat satu sama lain, disamping hadiah atau bunga yang mereka berikan satu sama lain. Dan saya sebagai perempuan yang “Mojarrad” atau single, alhamdulillah kebagian juga hadiah, walaupun hanya “shirini” atau kue manis, dan ucapan selamat via sms atau yang diucapkan secara langsung ketika kita bertemu satu sama lain.

Teringat sosok Ummi (sebutan ibu dalam keluarga) yang jauh di sana di daerah Cianjur Jawa Barat, Indonesia, sudah sekitar satu tahun setengah saya tidak memeluk dan menciumnya, hanya sesekali saya kadang melakukan chatting via webcam, dan terlihatlah sosok yang selama ini saya rindukan, saya melihat ummi menangis..

Oh ummi… semoga Allah swt memanjangkan usiamu dalam keadaan sehat walafiat dan taat kepadaMu, sungguh ingin sekali bertemu denganmu, tapi engkau selalu memberi nasihat agar jangan pulang sebelum berhasil, apa kata dunia kalau teteh (sebutan kakak dalam bahasa sunda, karena saya adalah anak pertama dalam keluarga) pulang dengan tangan hampa dan kosong..!? Sungguh, nasihat dan doamu menjadi motivasi dan kekuatan anakmu di sini.

Sejarah Hari Ibu di Dunia

Kenapa di seluruh dunia Hari Ibu diperingati? walaupun peringatan dan perayaannya pada tanggal dan bulan yang berbeda-beda, termasuk yang menjadi alasan dan penyebab terbentuknya Hari Ibu pun berbeda beda, seperti contohnya di Yunani, yang disebut sebut negara yang pertama tama merayakan hari ibu, dengan tujuan menghormati Rhea (ibu dari para dewa zaman Yunani kuno) pada saat perayaan musim semi, tepatnya pada tanggal 2 Februari.

Kemudian selama tahun 1600 an, orang orang Inggris merayakan suatu hari yang disebut dengan “Mothering Sunday” yang dirayakan pada minggu keempat pada 40 hari sebelum Paskah, guna menghormati The Mother of England, dengan tujuan yang semula hanya untuk menghormati para ibu, berubah menjadi hari untuk menghormati “Mother Church” dengan alasan agar dapat mengasihi, menghargai, menghormati ibu mereka , sebagaimana menghormati gereja)

Pada tahun 1872 perayaan hari ibu mulai dikampanyekan di Amerika sebagai hari pedamaian oleh Julia Ward Howe (penulis lagu Battle hymn of the Republic). Di Amerika sendiri hari Ibu diperingati setiap minggu kedua bulan Mei, begitupun dengan tujuh puluh empat negara lainnya di dunia ini memperingati pada waktu yang sama. Sementara di sebagian besar negara negara Arab, hari Ibu diperingati pada tanggal 21 Maret.

Termasuk di negara kita tercinta Indonesia, Hari Ibu diperingati juga dengan tidak “mencontek” negara negara yang telah saya sebutkan di atas, terbukti hanya Indonesia yang memperingati Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Sejarah Hari Ibu di Indonesia, diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 Desember 1928 di Jogjakarta, dengan misi mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa Indonesia. Sedangkan penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu itu sendiri diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938, oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Sekarang, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

I was wishing that I had the riches to buy all my dreams as I sat by the fire,
What a life I would live, What could riches not give?
What more could a heart desire?
When my fond little mother drew close to my side.
There are some things, my child, You can’t buy she replied:
You can’t buy the sun-shine at twi-light,
You can’t buy the moon-light at dawn,
You can’t buy your youth when you’re growing old,
Nor your life when the heart-beat is gone.
You can’t buy your way into heaven,
Tho wealth may hold power un-told
And when you lose your mother, you can’t buy another,
If you had all the world and its gold.
(Al. Piantadosi, 1916)


*Sifa sanjurio
Perempuan asli Cianjur Jawa Barat Indonesia yang sedang kuliah di University of Tehran, Iran, Jurusan Politik Iran. 
(kompasiana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar