Sekali Tekan, Mobil Memendek 30 Sentimeter
Satu lagi anak muda kreatif dan berprestasi. Dia adalah Wisnu Cahyo Purnomo, siswa SMA Muhammadiyah I Jogjakarta. Idenya membuat mobil lipat layak diapresiasi.
Satu lagi anak muda kreatif dan berprestasi. Dia adalah Wisnu Cahyo Purnomo, siswa SMA Muhammadiyah I Jogjakarta. Idenya membuat mobil lipat layak diapresiasi.
Wisnu Cahyo Purnomo terlihat begitu terampil saat menerangkan karyanya, mobil lipat, kepada tim juri Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Selasa (9/10) lalu. Untuk meyakinkan juri, Wisnu lalu memutar video tentang proses penciptaan mobil uniknya itu.
Begitu hebatnya Wisnu dalam menerangkan karyanya, para juri dan peserta lain sampai terpana. Apalagi, mobil lipat buatannya cukup inovatif. Tak heran bila di akhir presentasi dia mendapat aplaus hadirin. "Target saya harus juara olimpiade ini," ujar siswa kelas XII-IPA SMA Muhammadiyah 1 Jogjakarta itu setelah sesi penjurian.
Setelah beristirahat sejenak, Wisnu bercerita bahwa dirinya membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk merampungkan proyek mobil lipatnya itu. Dia memulai pekerjaannya pada 8 Januari dan rampung September.
"Sebenarnya belum selesai 100 persen. Masih ada beberapa bagian yang perlu disempurnakan," tutur bungsu dari empat bersaudara putra pasangan Ngadimin Purwosunarto dan Kasiyem itu.
Sesuai namanya, mobil ciptakan Wisnu bisa "dilipat". Dengan menekan sebuah tombol di samping kemudi, mobil bisa memendek hingga 30 cm. Memang tidak terlalu ekstrem.
"Bukan berarti mobil itu bisa dilipat seperti melipat kertas atau tikar, lho. Tapi, panjang mobil bisa dipendekkan secara mekanis menyesuaikan kondisi di lapangan," paparnya.
Wisnu mengatakan, ide menciptakan mobil lipat itu berangkat dari hobinya di bidang otomotif. Dia sangat suka mengutak-atik mesin mobil dan perantinya. Bahkan, sejak kecil dia mengoleksi mobil-mobilan dalam berbagai jenis.
Jumlahnya cukup banyak. Berkat kegemarannya itulah dia jadi familier terhadap onderdil mesin maupun bodi mobil.
Ide membuat mobil lipat muncul dari kegundahannya saat mengamati sistem perparkiran mobil di pinggir-pinggir jalan.
"Parkir di jalan raya itu nol derajat (berjajar memanjang beradu bumper, Red)," kata siswa kelahiran Sleman, 24 Juni 1994 itu.
Dengan model parkir seperti itu, mobil jadi sulit keluar masuk areal parkir. Jika tidak hati-hati, bumper mobil yang keluar atau masuk bisa menabrak bumper mobil di depan atau belakangnya. Pokoknya, sistem parkir berderet akan menyulitkan pengendara. Cara itu juga memakan tempat.
Dari situlah, Wisnu punya pemikiran untuk membuat mobil yang bisa "dilipat". Mobil yang bisa dipendekkan, meski hanya 30 cm, diyakini mampu mengatasi kendala parkir di jalanan.
Di samping itu, mobil lipat akan membantu warga yang punya lahan parkir di rumah yang tidak terlalu besar. "Karena mobil bisa dipendekkan, tidak perlu garasi yang luas," terangnya.
Memang, mobil lipat itu jadi kurang artistik secara desain. Bentuknya kotak-kotak. Sebab, Wisnu lebih mengutamakan fungsinya yang bisa memanjang dan memendek. Itu sebabnya, dia merasa kesulitan saat akan mendesain bentuknya.
Meski begitu, dia sempat memasukkan unsur Jogja di bodi mobil bagian belakang. Yakni, bentuk blangkon (tutup kepala khas Jogja, Red). "Ini mbendol-nya," jelas Wisnu sambil menunjukkan lekuk-lekuk bodi mobilnya.
Setelah proses desain selesai, dia meminta bantuan bengkel las untuk merangkai kerangka dan bodi mobilnya. Mobil lipat yang belum diberi nama itu mempunyai dimensi panjang 224 cm (normal) dan 196 cm saat "dilipat". Adapun lebar mobil 110 cm dengan tinggi 100 cm.
Mobil yang dipasangi mesin 4 tak dengan kekuatan 13 PK itu berbahan bakar bensin premium dan hanya memiliki satu seat. "Jadi mobil ini hanya untuk satu orang. Ya, si sopir itu," katanya. Namun, mobil ini punya bagasi yang lumayan longgar di bak belakang.
Sejak dirancang hingga selesai Wisnu menghabiskan biaya sekitar Rp 12,6 juta. Yang paling banyak untuk membeli mesin. Wisnu menggunakan mesin pemarut kelapa yang sudah dimodifikasi starter-nya. "Tidak ditarik, tetapi dengan menekan tombol di kemudi," katanya.
Kini Wisnu berupaya mendapatkan izin agar bisa mengemudikan mobil lipatnya itu di jalan umum. Selama ini dia sudah mencoba mobil tersebut di sekitar rumahnya. Mobil itu bisa berjalan dengan kecepatan hingga 40 km/jam.
"Tetangga saya tidak ada yang protes karena bunyi mesinnya yang gaduh, karena rumah tetangga saya jauh-jauh," tandas Wisnu lantas tertawa.
(jppn.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar