Serangan militer kembali dilancarkan Israel terhadap bangsa Palestina di Jalur Gaza. Operasi militer yang dilakukan melalui serangan udara ini selain membunuh anggota kelompok perlawanan Palestina, Hamas, juga menelan korban sipil baik orang tua, wanita dan anak kecil dari yang cedera sampai kematian.
Serangan militer Israel atas
Palestina yang kesekian kalinya ini menjadi sebuah simbol kebiadaban rezim
Zionis, sekaligus menyingkap topeng Amerika Serikat
yang mengklaim dirinya sebagai polisi dunia, penegak demokrasi dan Hak Asasi
Manusia. Selama ini setiap serangan militer Israel
selalu mendapat lampu hijau dari Washington.
Tindakan kontra-produktif dukungan Gedung Putih atas setiap serangan militer Israel yang
menimbulkan korban warga sipil menodai nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi dan
terutama sekali HAM. Serangan militer Israel
terhadap Palestina melanggar konvensi Jenewa yang bertujuan melindungi warga
sipil, Namun sekali lagi tak ada sekalipun sanksi Internasional terhadap Israel yang
benar-benar diterapkan.
Namun aksi militer Israel
terhadap Jalur Gaza
kali ini diluar prediksi Tel Aviv. Kekuatan Hamas dan para pejuang Palestina
kali ini mampu memberikan tindakan serangan balasan (retaliation) yang kuat,
bahkan serangan Rudal muqawama Palestina berhasil mencapai Tel Aviv. Brigade
Izzuddin Qassam menyatakan bahwa dua rudalnya telah mencapai ibu kota Israel
sebagai sasarannya. Hal ini baru terjadi semenjak tahun 1991. Tentu saja,
serangan balasan para pejuang Palestina ini menyulut ketakutan besar bagi warga
Israel.
Serangan tersebut juga memicu unjuk rasa menolak agresi militer Israel ke Jalur Gaza oleh rakyat Israel sendiri,
dan desakan gencatan senjata trehadap Tel Aviv. Selain dampak strategis seperti
kerusakan instalasi listrik, peralatan militer dan kematian di pihak Israel sendiri.
Kemampuan serangan rudal para pejuang Palestina yang meningkat dan mampu
mencapai sasaran-sasaran penting Israel
tidak bisa dilepaskan dari peran rudal-rudal Fajr-5 buatan Iran. Bahkan
Sekjen Hezbollah Lebanon,
Sayyid Hasan Nasrallah menilai penembakan roket Fajr-5 ke Tel Aviv menunjukkan
ketegaran dan kekuatan pasukan pejuang palestina.
Di sisi lain, penggunaan rudal Fajr 5 oleh para pejuang Palestina ini
menunjukkan berapa hal. Pertama, Iran sebagai negara Islam yang bermazhab Syiah
itu memberikan bantuan riil kepada saudaranya di Palestina yang bermazhab Sunni
dalam membela tanah airnya dari agresi Israel. Kedua, para pejuang
Palestina yang mayoritas Sunni menerima bantuan dan seruan persatuan oleh
saudara Syiah di Iran dalam
memerangi kebiadaban Israel.
Ketiga, persatuan Islam, Sunni-Syiah merupakan malapetaka terburuk bagi Israel.
Muhammad Dudi Hari Saputra
(IRIB Indonesia
/ PH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar