Menurut Kantor Berita ABNA, Wakil Presiden Boediono menyitir sepenggal lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki untuk mengingatkan para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Iran agar tidak lupa pada tanah airnya.
"Di sana tempat lahir beta,
dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup
mata. Bukan harus selalu di Indonesia .
Dalam dunia yang global saat ini, batas-batas negara sudah semakin memudar.
Silahkan adik-adik memanfaatkan dan mengembangkan potensi dengan belajar ke
seluruh dunia, tapi jangan lupakan tanah air. Peliharalah akar kita. Indonesia membutuhkan kontribusi anda, dalam
bidang apapun," kata Wapres Boediono dalam pesan-pesannya kepada puluhan
mahasiswa Indonesia yang
belajar di Iran dalam ramah
tamah di Wisma Duta, Tehran .
Bertindak
sebagai tuan rumah jamuan makan malam di Wisma Duta itu adalah Duta Besar Indonesia untuk
Iran Dian Wirengjurit dan istri, Ibu Erly Wirengjurit. Turut hadir Menteri Luar
Negeri Marty Natalegawa dan istri, Ibu Sranya Natalegawa dan Direktur Jenderal
Multilateral Hasan Kleib. Pada malam sebelum pembukaan KTT Gerakan Non Blok
ke-16 itu, Wapres Boediono juga didampingi oleh Ibu Herawati Boediono dan
rombongan terbatas dari Jakarta .
Kunjungan ke Iran merupakan
kunjungan yang pertama kali dilakukan Wapres. Ia menyampaikan bahwa Iran adalah
negara yang penting dalam arena dunia. "Kita perlu mengerti dengan benar
kondisi yang terjadi di Iran ,
tidak hanya mendengar dari sumber kedua atau ketiga," ujar Wapres. Hal ini
penting dilakukan agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
bagi kebijakan Pemerintah Indonesia .
Selain kalangan
mahasiswa, turut hadir kaum profesional Indonesia
yang bekerja di Iran
dan para pekerja Kedutaan Besar Republik Indonesia di Iran. Dalam kesempatan itu,
Wapres menyampaikan kabar terakhir dari Indonesia dari tema ekonomi,
politik, sosial dan budaya. Dari segi ekonomi, ia menjelaskan bahwa
perekonomian Indonesia
dalam kondisi baik. "Dalam situasi yang berat, dimana banyak
negara-negara yang mengalami masalah, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
kwartal kedua tahun 2012 cukup baik bahkan meningkat," ujar Wapres.
Wapres
menggarisbawahi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif itu
diperoleh kala sejumlah negara mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, bahkan
pada beberapa negara terjadi pelarian uang ke luar negeri, tingkat pengangguran
meningkat. "Beberapa negara kampiun dalam pertumbuhan ekonomi, seperti Cina , India ,
dan Brasil mengalami kemeresotan," ujar Wapres.
Kondisi
perekonomian Indonesia
yang baik itu menuai pujian dari dalam dan luar negeri. Tetapi terkadang kita
seringkali mengkritik terlalu keras, sehingga kadangkala kita melupakan sebuah
prestasi. "Kita memerlukan kritik, tetapi yang dibutuhkan adalah kritik
terhadap diri sendiri yang seimbang. Karena jika kita tidak pernah mengkritik
merupakan sesuatu yang tidak baik, tetapi jika kita mengkritik terlalu keras
akan dapat kehilangan kepercayaan diri," ujar Wapres.
Ke depannya,
kata Wapres, ia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa dipertahankan
6 persen. Pertumbuhan penting agar lapangan pekerjaan tetap terbuka,
demikian juga untuk memberi alokasi biaya bagi program-program pendidikan dan
kesehatan, serta mengurangi jumlah orang miskin. "Kalau tidak punya
pertumbuhan, tidak ada kemajuan, kita hanya berbagi kemiskinan. Program dan
proyek di bidang infrastruktur akan terus dijalankan. Saya cukup iri hati
dengan pembangunan jalan di Iran ,
karena pembangunan jalan, kereta api dan pelabuhan di tanah air ketinggalan
dibandingkan kebutuhan yang begitu cepat," katanya. Peningkatan jumlah
mobil yang melonjak sampai 30 persen menjadi indikator pertumbuhan yang tinggi,
namun tidak berbanding dengan pembangunan ruas jalan.
Tak seperti Iran yang wilayahnya berada pada satu dataran
luas, Wapres menyinggung bahwa salah satu kesulitan Indonesia terletak pada situasi
geografisnya yang sangat menantang dan dengan 75 persen wilayah yang terdiri
dari air. Hubungan laut harus ditingkatkan demi menurunkan biaya logistik dan
selanjutnya mengejar pemerataan pembangunan. "NKRI adalah satu konsep
politik. Tapi itu tidak akan berlanjut bila tidak ada kesatuan ekonomi. Kalau
tidak diatasi, bisa-bisa wilayah kita nyantol ke pihak luar," kata Wapres.
Selain
memprioritaskan konektivitas, saat ini pemerintah juga berupaya mengejar nilai
tambah dari hasil alam, baik dari pertanian maupun tambang. Indonesia harus
berupaya meningkatkan nilai dari setiap nilai kekayaan alam yang kita keruk. Indonesia wajib
membangun smelter. Minyak sawit pun semestinya tidak hanya diekspor mentahnya,
namun Indonesia
juga harus bisa menciptakan produk turunannya yang nilainya tinggi. Maka, saat
ini pemerintah menggiatkan program hilirisasi dengan membangun industri hilir
dari produk yang dulunya dijual mentah.
Di bidang
politik, Wapres mengingatkan akan tujuan Indonesia membangun konsolidasi
yang sudah diputuskan sebagai sebuah sistem negara kita yaitu demokrasi. Tanpa
perjuangan generasi muda, perubahan dan reformasi bisa jadi belum terjadi. Dan
itu semua terjadi sebelum Mesir atau yang lainnya mengalami perubahan.
Wapres mengutip penilaian banyak pengamat dari luar negeri bahwa Indonesia punya
pengalaman yang sangat berharga karena berhasil mengatasi saat-saat kritis
demokrasi. Setelah masa kritis berakhir, kini saatnya melakukan konsolidasi
demokrasi.
"Prosesnya
secara umum berjalan cukup baik, meski ada resiko di sana-sini. Tapi dalam
masa-masa tranisi itulah yang bisa membuat demokrasi gagal. Resiko itu antara
lain korupsi, yang akan menghancurkan sistem apa pun yang ada. Maka pemberantasan
korupsi adalah prioritas. Hal lain adalah politik uang. Karena politik itu
adalah basisnya mengkompetisikan kebijakan-kebijakan untuk publik. Kalau hal
itu bisa diperjualbelikan, maka kebijakan publik akan mementingkan yang punya
uang. Kemudian birokrasi. Jangan sampai birokrasi terkooptasi oleh kepentingan
yang sempit atau kepentingan bisnis," kata Wapres.
Maka, Wapres
menekankan, komitmen dari semua pihak untuk kukuh menegakkan dan
mengkonsolidasikan demokrasi adalah tugas dari penegakkan konstitusi, yakni
mewujudkan Indonesia
yang berdiri di atas keberagaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar