"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 01 September 2012

Boediono Beri Pesan Buat Mahasiswa Indonesia di Iran


Menurut Kantor Berita ABNA, Wakil Presiden Boediono menyitir sepenggal lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki untuk mengingatkan para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Iran agar tidak lupa pada tanah airnya.


"Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata. Bukan harus selalu di Indonesia. Dalam dunia yang global saat ini, batas-batas negara sudah semakin memudar. Silahkan adik-adik memanfaatkan dan mengembangkan potensi dengan belajar ke seluruh dunia, tapi jangan lupakan tanah air. Peliharalah akar kita. Indonesia membutuhkan kontribusi anda, dalam bidang apapun," kata Wapres Boediono dalam pesan-pesannya kepada puluhan mahasiswa Indonesia yang belajar di Iran dalam ramah tamah di Wisma Duta, Tehran.


Bertindak sebagai tuan rumah jamuan makan malam di Wisma Duta itu adalah Duta Besar Indonesia untuk Iran Dian Wirengjurit dan istri, Ibu Erly Wirengjurit. Turut hadir Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan istri, Ibu Sranya Natalegawa dan Direktur Jenderal Multilateral Hasan Kleib. Pada malam sebelum pembukaan KTT Gerakan Non Blok ke-16 itu, Wapres Boediono juga didampingi oleh Ibu Herawati Boediono dan rombongan terbatas dari Jakarta.

Kunjungan ke Iran merupakan kunjungan yang pertama kali dilakukan Wapres. Ia menyampaikan bahwa Iran adalah negara yang penting dalam arena dunia. "Kita perlu mengerti dengan benar kondisi yang terjadi di Iran, tidak hanya mendengar dari sumber kedua atau ketiga," ujar Wapres. Hal ini penting dilakukan agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi kebijakan Pemerintah Indonesia.

Selain kalangan mahasiswa, turut hadir kaum profesional Indonesia yang bekerja di Iran dan para pekerja Kedutaan Besar Republik Indonesia di Iran. Dalam kesempatan itu, Wapres menyampaikan kabar terakhir dari Indonesia dari tema ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dari segi ekonomi, ia menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi baik. "Dalam situasi yang berat, dimana banyak negara-negara  yang mengalami masalah, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kwartal kedua tahun 2012 cukup baik bahkan meningkat," ujar Wapres.

Wapres menggarisbawahi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif itu diperoleh kala sejumlah negara mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, bahkan pada beberapa negara terjadi pelarian uang ke luar negeri, tingkat pengangguran meningkat. "Beberapa negara kampiun dalam pertumbuhan ekonomi, seperti Cina, India, dan Brasil mengalami kemeresotan," ujar Wapres.

Kondisi perekonomian Indonesia yang baik itu menuai pujian dari dalam dan luar negeri. Tetapi terkadang kita seringkali mengkritik terlalu keras, sehingga kadangkala kita melupakan sebuah prestasi. "Kita memerlukan kritik, tetapi yang dibutuhkan adalah kritik terhadap diri sendiri yang seimbang. Karena jika kita tidak pernah mengkritik merupakan sesuatu yang tidak baik, tetapi jika kita mengkritik terlalu keras akan dapat kehilangan kepercayaan diri," ujar Wapres.

Ke depannya, kata Wapres, ia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa dipertahankan 6 persen.  Pertumbuhan penting agar lapangan pekerjaan tetap terbuka, demikian juga untuk memberi alokasi biaya bagi program-program pendidikan dan kesehatan, serta mengurangi jumlah orang miskin. "Kalau tidak punya pertumbuhan, tidak ada kemajuan, kita hanya berbagi kemiskinan. Program dan proyek di bidang infrastruktur akan terus dijalankan. Saya cukup iri hati dengan pembangunan jalan di Iran, karena pembangunan jalan, kereta api dan pelabuhan di tanah air ketinggalan dibandingkan kebutuhan yang begitu cepat," katanya. Peningkatan jumlah mobil yang melonjak sampai 30 persen menjadi indikator pertumbuhan yang tinggi, namun tidak berbanding dengan pembangunan ruas jalan.

Tak seperti Iran yang wilayahnya berada pada satu dataran luas, Wapres menyinggung bahwa salah satu kesulitan Indonesia terletak pada situasi geografisnya yang sangat menantang dan dengan 75 persen wilayah yang terdiri dari air. Hubungan laut harus ditingkatkan demi menurunkan biaya logistik dan selanjutnya mengejar pemerataan pembangunan. "NKRI adalah satu konsep politik. Tapi itu tidak akan berlanjut bila tidak ada kesatuan ekonomi. Kalau tidak diatasi, bisa-bisa wilayah kita nyantol ke pihak luar," kata Wapres.

Selain memprioritaskan konektivitas, saat ini pemerintah juga berupaya mengejar nilai tambah dari hasil alam, baik dari pertanian maupun tambang. Indonesia harus berupaya meningkatkan nilai dari setiap nilai kekayaan alam yang kita keruk. Indonesia wajib membangun smelter. Minyak sawit pun semestinya tidak hanya diekspor mentahnya, namun Indonesia juga harus bisa menciptakan produk turunannya yang nilainya tinggi. Maka, saat ini pemerintah menggiatkan program hilirisasi dengan membangun industri hilir dari produk yang dulunya dijual mentah.

Di bidang politik, Wapres mengingatkan akan tujuan Indonesia membangun konsolidasi yang sudah diputuskan sebagai sebuah sistem negara kita yaitu demokrasi. Tanpa perjuangan generasi muda, perubahan dan reformasi bisa jadi belum terjadi. Dan itu semua terjadi sebelum Mesir atau yang  lainnya mengalami perubahan. Wapres mengutip penilaian banyak pengamat dari luar negeri bahwa Indonesia punya pengalaman yang sangat berharga karena berhasil mengatasi saat-saat kritis demokrasi. Setelah masa kritis berakhir, kini saatnya melakukan konsolidasi demokrasi.

"Prosesnya secara umum berjalan cukup baik, meski ada resiko di sana-sini. Tapi dalam masa-masa tranisi itulah yang bisa membuat demokrasi gagal. Resiko itu antara lain korupsi, yang akan menghancurkan sistem apa pun yang ada. Maka pemberantasan korupsi adalah prioritas. Hal lain adalah politik uang. Karena politik itu adalah basisnya mengkompetisikan kebijakan-kebijakan untuk publik. Kalau hal itu bisa diperjualbelikan, maka kebijakan publik akan mementingkan yang punya uang. Kemudian birokrasi. Jangan sampai birokrasi terkooptasi oleh kepentingan yang sempit atau kepentingan bisnis," kata Wapres.

Maka, Wapres menekankan, komitmen dari semua pihak untuk kukuh menegakkan dan mengkonsolidasikan demokrasi adalah tugas dari penegakkan konstitusi, yakni mewujudkan Indonesia yang berdiri di atas keberagaman.

(abna.ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar