Coretan ini sebuah summaries.
Rangkuman petaka. Kusebut dengan potret buram kemanusiaan. Dan berikut, 7
‘keajaiban’ di zona mudik-idul fitri yang tak mudah terbantahkan:
1. Randis
Fakta penyalahggunaan
kendaraan dinas, saat mudik dan lebaran. Sebagian pejabat me-mubah-kan
penggunaan randis dengan alasan tak ada ruang parkir dan siapa yang menjamin
keamanannya. Bisa saja hilang, bisa juga maling memreteli onderdilnya, saat
ditinggal mudik. Alasan lain, sebagai kompensasi atas ketiadaan THR. Sebuah
justifikasi yang tak logis.
2. Kecelakaan transportasi
Tabrakan maut itu
menewaskan 17 orang, 3 kritis dan seorang bayi selamat, demikian sebuah sumber.
Berita-berita tragis seperti ini, setiap tahunnya menghiasi televisi. Dalam
kajian “Epidemiologi Gawat Darurat”, inilah disebut trend. Bahasa ringannya:Pola. Pola ini akan terjadi lagi di ajang mudik 2012,
dipastikan terjadi tabrakan, kematian. Tinggal hitung berapa korban jiwa akibat
kecelakaan transportasi mudik dan arus balik tahun ini. Beberapa Kompasianer
telah mengulasnya.
3. Exhibition
Perilaku pameran kekayaan,
kesuksesan. Ini kultur melekat sebagian pemudik. Ingin menyenangkan sanak
famili dengan memaksakan rental mobil. Kerabatku beli mobil baru ber-DP: 20
juta, demi sebuah gengsi. Kesan dipaksakan memang, kutahu itu lewat rintihan
cicilan perbulannya. Selorohnya, sepulang lebaran, akan over credit. Baginya, tak enak hati mudik tanpa kendaraan,
perhiasan, tas bermerek, baju dan sendal KW1. Baginya, mudik dinisbahkan
sebagai unjuk sukses, pameran materi dan show kemakmuran. Fakta ini
juga pernah dituliskan seorang Kompasianer, tahun lalu.
4. Kelelahan, hipertensi, diare
Kata nutrisionit (ahli
gizi), idul fitri adalah hari karbohidrat sedunia, idul adha hari protein
se-jagat. Tak ada angka pasti yang terlaporkan, berapa prevalensi umat Islam
yang terpapar diare, hipertensi dan kelelahan saat idul fitri. Subtansinya,
mengapa mereka terpapar dengan penyaki-penyakit ini?. Salah satu jawabannya
adalah tekanan emosional untuk melahap menu yang minim kendali.
5. Lonjakan harga tiket
Tikel mahal adalah sebuah
‘tradisi’ saat penumpang membutuhkan jasa transportasi, kenapa harus
diselangitkan harga tiket dan karcis itukah?. Motif apalagi ini kalau bukan
dorongan melipatgandakan pendapatan disebabkan banyaknya penumpang. Sebuah
keanehan dan keunikan.
6. Zakat maut
Sebentar lagi kita akan
menyaksikan kepiluan dan tragisnya distribusi zakat bagi orang miskin. Miskin
yang berujung kematian atas nama memeroleh zakat. Cucuran keringat, anak-anak
bahkan nenek-nenek. Berdesakan dan berjuang habis-habisan demi 3 liter beras.
7. Tinggalkan lapangan
Peng-khutbah masih setia di
mimbarnya, satu persatu jamaah tinggalkan lapangan. Tiada lagi istilah satu
paket ibadah (Imam, Khutbah dan Jamaah). Fenomena sederhana, dan jika dikaji
dalam-dalam, maka akan muncul pertanyaan: mengapa jamaah tergesa-gesa
meninggalkan lapangan saat khutbah Idul Fitri masih berlangsung?. Tiadakah
sedikit rasa sabar untuk menunggui khutbah hingga selesai, seperti kesabaran
mereka saat menanti buka puasa di bulan ramadhan?. Apakah ‘bahayanya’ jika
menuntaskan khutbah itu?. Merasa rugikah jika mendengarkannya baik-baik sampai
selesai?
* * *
Tujuh keunikan di atas saya
rangkum sebagai tragedi kemanusiaan. Transportasi, zakat, lonjakan harga tiket
dan seterusnya adalah teater manusia makan manusia…!!!
Tujuh fakta ini, bukanlah
keajaiban versi ON THE SPOT, peristiwa ini adalah hal BIASA, dan menjadi LUAR
BIASA ketika berbuah TRAGEDI ULANGAN. Kuanggap, semua itu adalah keajaiban yang
sulit kudefenisikan.
*Muhammad Armand
(kompasiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar