Kemiskinan dan
sejumlah masalah sosial masih menjadi momok di negeri ini. Namun bukan berarti
tak ada optimisme. Buktinya masih banyak orang yang optimistis Indonesia akan
menjadi negara adidaya jika memiliki kepemimpinan yang baik.
Berdasarkan
survei yang digelar Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) diketahui 80,7 persen dari
2.192 responden percaya bahwa dengan kepemimpinan yang baik Indonesia akan
menjadi negara adidaya.
"Sementara 9,9 persen mengaku tidak percaya, 9,1 persen tidak tahu, dan
0,3 persen tidak menjawab," ujar Komandan Survei SSS, M Dahlan, di Hotel
Four Seasons, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Rabu (6/6/2012).Sedangkan putri mantan Presiden Gus Dur, Yenny Wahid, menilai hasil survei itu menunjukkan optimisme rakyat
"Jika dibandingkan dengan Eropa dan Amerika, kita masih lebih aktif. Jadi kalau orang-orang bilang revolusi,
Dia mensinyalir rata-rata pemilih mencari pemimpin yang merupakan antitesa dari pemimpin sebelumnya. Misalnya sosok Bung Karno di kursi presiden yang tegas tapi hingar bingar. Lalu naik Soeharto yang dinekal diktator. Kemudian naik Gus Dur yang demokratis namun dinilai banyak omong.
"Lalu naiklah Bu Mega yang kalem. Tapi Bu Mega dinilai tidak terlalu pandai, padahal sebenarnya dia punya kecerdasan politik. Kalau tidak, tidak munngkin bisa bertahan hingga saat ini. Lalu naiklah SBY yang dinilai pintar, PhD-lah tapi ternyata sulit membuat keputusan. Sehingga sekarang muncullah Prabowo yang dinilai tegas," papar Yenny.
Dalam kesempatan yang sama hadir pula politikus Marwah Daud Ibrahim. Menurut dia yang menarik dari survei ini adalah pertanyaan 'Kalau kita memilih pemimpin yang baik, yakinkah negara ini bisa menjadi negara yang adidaya?'.
"Ini membandingkan negara tidak hanya tentang kekinian tapi juga tentang peradaban. Kalau
Pada tahun 1957, imbuhnya,
"Saya tanya ke mereka, bedanya apa. Mereka bilang harus ada pemimpin yang kuat, mereka yang berintegritas, jujur dan berkarakter. Dan yang paling penting adalah mereka yang punya mimpi dan mewujudkannya dalam visi. Kelebihan mereka adalah kita memang tidak bisa menyentuh semuanya. Tapi mereka menyentuh satu hal yang jika itu disentuh, hal-hal yang lain ikut tersentuh," papar Marwah.
Survei ini dilakukan SSS di 163 kabupaten di 33 provinsi di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar