Panglima Angkatan Laut Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengatakan, hanya Republik Islam yang mampu menjamin keamanan energi di dunia.
"Kemajuan Iran
sekarang ini tidak sebanding dengan Iran sebelum Revolusi Islam dan
sebelum perang Irak. Iran
sekarang sudah mengembangkan kemampuannya disegala bidang," kata Laksamana
Ali Fadavi Selasa, 24/04/12, pada upacara peringatan menandai ulang tahun ke-32
kekalahan memalukan militer AS pada serangan Tabas.
Lebih lanjut dikatakannya, kekuatan Iran dalam
kurun dua puluh tahun terakhir meningkat luar biasa, "Republik Islam tidak
tergantung dengan negara lain. Iran
menggunakan peralatan produksi dalam negeri dan terus menguatkan
kemampuan."
Menyinggung sikap AS terhadap Iran, dia mengatakan "Sikap permusuhan AS
dengan Iran
tidak sekedar bersifat politik, ekonomi atau budaya, namun, pada kondisi 'benar
dan salah'. Dan permusuhan ini akan terus berlanjut selama 'benar dan salah'
masih ada." tegasnya.
Namun, laksamana Fadavi menegaskan bahwa Iran tidak akan
pernah membiarkan hegemoni AS berkembang biak di dunia.
Peristiwa Tabas terjadi pada malam hari tanggal 25
April 1980, pemerintah Amerika yang dipimpin Jimmy Carter, Presiden Amerika
waktu itu memerintahkan militer Amerika untuk menyerang Iran. Serangan
ini dilakukan di pertengahan malam oleh pasukan elit Amerika yang diperlengkapi
dengan berbagai persenjataan modern dengan didukung pesawat Hercules C-130 dan
sejumlah helikopter.
Ada 90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw
membebaskan para mata-mata Amerika yang ditahan di Tehran.
Mereka yang ditahan adalah pegawai kedutaan Amerika
di Tehran yang menjadi mata-mata dan melakukan konspirasi anti revolusi dan
rakyat Iran.
Namun kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya
sebagai Daneshjuyan-e Peiruvan-e Khatt-e Emam (Mahasiswa Pendukung Garis Imam Khomeini)
pada tanggal 4 November 1979 menduduki kedutaan Amerika- sarang mata-mata CIA-
dan menahan para pegawainya. Fakta-fakta dari kedutaan Amerika dengan baik
menunjukkan bahwa tempat itu menjadi pusat operasi intelejen guna menumbangkan
revolusi Iran.
Tiba di Tabas, satu dari helikopter Amerika
mengalami kerusakan teknis yang berujung pada terhentinya operasi ini. Karena
operasi rahasia ini membutuhkan sedikitnya enam helikopter, Presiden Jimmy
Carter memutuskan untuk menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar
semua pesawat dan helikopter segera kembali.
Saat Carter tengah berpikir mengenai kegagalan
serangan Amerika ke Iran,
tiba-tiba datang berita yang membuatnya semakin bingung. Pesawat dan helikopter
Amerika yang akan tinggal landas dari gurun Tabas saling bertabrakan dengan
lainnya setelah tiba-tiba datang badai pasir. Akibatnya terjadi ledakan dahsyat
dan lidah api yang membuat gurun Tabas yang gelap gulita di malam itu menjadi
terang-benderang.
Dalam peristiwa itu 8 komando amerika tewas,
sementara mereka yang masih selamat meninggalkan gurun Tabas dengan pesawat.
Imam Khomeini serangan Tabas sebagai kejahatan dan
pelanggaran hukum internasional. Beliau berkata, "Mereka tiba di Tabas dan
berpikir mampu menurunkan pasukannya. Dengan alasan ingin membebaskan para
tawanan mereka ingin menghancurkan Iran. Namun Allah swt mengalahkan
mereka hanya dengan mengirimkan debu dan angin." Beliau menilai tawakkal
kepada Allah dan keyakinan akan bantuan gaib merupakan senjata agung yang tidak
mampu dipahami oleh negara-negara Barat.
Dengan tekad para pakar Iran, negara ini kini mampu
memproduksi pesawat militer modern, berbagai rudal, kapal selam, senjata
artileri, tank, helikopter dan perlengkapan milter lainnya. Rudal dari darat ke
darat Iran
telah mampu mencapai target lebih dari 2.000 kilometer dengan presisi yang
tinggi. Iran
juga telah memproduksi berbagai rudal dari darat ke udara dan ke laut guna
menghadapi serangan dari udara dan laut.
Bahkan Iran mampu membuat rudal canggih
S-800 mirip milik Rusia. Beragam pesawat tanpa awak juga telah dibuat untuk
mengintai dan menyerang musuh sampai ke dalam pertahanan mereka. Termasuk
menguasai dan memecahkan kode teknologi canggih sistem enkripsi pesawat tak
berawak RQ-170 Sentinel AS.
Kini perang elektronik punya tempat tersendiri
dalam perang modern. Perlengkapan elektronik dan kemampuan mendisfungsikan
perlengkapan elektronik musuh menjadi penentu dalam perang modern. Sekaitan
dengan hal ini, pasukan militer Iran
telah diperlengkapi dengan senjata elektronik dan perlengkapan perang
elektronik modern.
Namun pada saat yang sama, bangsa Iran menganggap
perlengkapan materi dan kecanggihan militer tidak akan mampu berbuat apa-apa
tanpa iman kepada Allah swt.
(www.islamtimes.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar