"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 21 Juli 2012

Mengapa Membeli UAV Heron Israel ?


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedikit kesal dengan rencana Kementerian Pertahanan yang hendak membeli satu skuadron pesawat UAV Aerospace Industries (IAI) buatan Israel.


“Kami menyayangkan rencana pembelian UAV tersebut. UAV BPPT Wulung sangat canggih, dilengkapi kamera pengintai yang dapat merekam wilayah yang diamati”, ujar Kepala Program UAV BPPT, Joko Purwono di Jakarta 4 Mei 2012.
BPPT mengaku pengembangan pesawat udara nir awak UAV mereka, terkendala komitmen dan dukungan pemerintah.
Ada apa BPPT ?
Tentu tidak fair membandingkan UAV BPPT dengan UAV Israel, karena berbeda kelas. Oleh karenanya BPPT tidak selayaknya mengeluhkan pembelian UAV oleh pihak TNI.
Kemampuan UAV BPPT saat ini, tampaknya baru bisa digunakan untuk keperluan: SAR, pembalakan liar, pencarian spot kebakaran hutan, patroli NTMC serta survey dan pemetaan Departemen Kehutanan.

BPPT selama ini didisain bukan untuk manufacturing, tetapi hanya untuk riset semata. Hal ini menjebak BPPT menjadi lembaga sebatas riset dan tidak melakukan tes market dengan menawarkan produknya ke pasar bebas.

Jika berorientasi pasar, BPPT mau tidak mau akan dituntut melakukan riset tambahan untuk menekan biaya serta meningkatkan reliability produk. BPPT harus bisa memberikan jaminan purna jual dan perawatan. Mereka harus sampai pada tahapan bagaimana membuat sebuah produk dan memperbaikinya dengan cepat, jika mengalami kerusakan. Konsekuensinya riset lanjutan membutuhkan dana yang lebih besar dari dana riset prototype.

UAV BPPT harus dikasih kesempatan untuk digunakan di dalam negeri, dengan syarat memenuhi unsur purna jual. Senjata SS1 Pindad bisa menjadi senjata membanggakan SS2 V4, karena diberi kesempatan digunakan oleh TNI. Kelemahan senjata itu akhirnya ditemukan dan terus diperbaiki.
Pasukan TNI dengan unit unit kecil, terkadang membutuhkan UAV ukuran kecil dan kalau perlu langsung dibuang dalam menjalankan sebuah operasi khusus.

Akan tetapi BPPT juga tidak bisa dimanja karena yang menampung produk BPPT, bukan lembaga tempat penampungan barang buruk.

Sekarang kita lihat berapa dana yang disiapkan pemerintah untuk proyek UAV:
“PENGUMUMAN PELELANGAN TERBATAS No: PENG/01/V/PPBJ/2012″
Panitia Pengadaan barang/jasa Subdismatsus Dislitbangad, mengadakan Pelelangan, dengan:
1.Nama Kegiatan: Pengembangan Rancang Bangun Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Multi Guna (Pilot Project).
2. Perkiraan Nilai Anggaran:
a. Belanja Barang : Rp. 100.000.000,-
b. Belanja Modal : Rp. 2.488.659.000,-
Weleh….weleh…disuruh membuat UAV canggih menandingi UAV Heron Israel, tetapi dananya hanya Rp 2,6 Miliar ?….

Lebih aneh lagi mengapa masih dilakukan tender membuat UAV. Lebih baik dana tersebut untuk meningkatkan kualits UAV yang sudah ada. 

(jakartagreater.com)

1 komentar: