Upaya-upaya serangan ke Iran tidak hanya dilakukan
dengan cara-cara yang konvensional, seperti mengirimkan pasukan dengan jumlah
yang besar, melainkan juga dengan metode modern, yakni melakukan penyerangan
via dunia maya alias cyber.
Namun, sebelum serangan itu terlaksana, Iran memastikan
bahwa fasilitas nuklir dan industri Teheran, yang juga kerap mendapatkan
serangan cyber secara periodik, memiliki teknologi untuk melindungi dari
berbagai macam ancaman dan serangan.
Demikian dilaporkan kantor berita resmi Iran, IRNA,
Senin (13/2). "Ancaman musuh Kebanyakan menargetkan situs energi nuklir
serta perdagangan elektronik dan operasi perbankan," kata Gholam Reza
Jalali, yang memimpin sebuah unit militer Iran yang bertugas memerangi
sabotase.
Selain 'Stuxnet', pejabat senior militer Iran ini
menambahkan bahwa pihaknya juga telah menemukan dua virus spionase 'Bintang'
dan 'Doku', namun untungnya ada malware sehingga tidak membahayakan situs
nuklir Iran atau industri lainnya.
Jalali mengatakan, fasilitas nuklir Iran memiliki
teknologi dan keterampilan untuk menangani perangkat lunak berbahaya.
"Ahli Iran
memiliki pengetahuan yang memadai untuk menghadapi ancaman cyber. Semua
fasilitas nuklir di negara tersebut kebal dari serangan cyber," katanya
menegaskan.
Iran telah mengakui bahwa Stuxnet mempengaruhi sejumlah
sentrifugal-nya - komponen kunci dalam produksi bahan bakar nuklir - pada
uranium utama fasilitas pengayaan di pusat kota Natanz. Namun Teheran mengatakan para
ilmuwan menemukan antivirusnya dan dinetralkan malware sebelum bisa menyebabkan
kerusakan serius.
Para pejabat Iran pada April 2011 mengumumkan
penemuan 'Bintang', yang menurut mereka tertanam sendiri dalam sistem file dari
instansi pemerintah dan memiliki kemampuan untuk menyebabkan kerusakan kecil.
Jalili menjelaskan virus ketiga, 'Doku', menurutnya "hanya mata-mata dan
mengumpulkan informasi."
"Doku belum membuat masalah untuk organisasi
industri Iran,"
katanya menambahkan.
Dia mengatakan tiga serangan tersebut telah
dihentikan dan virus itu juga telah dibersihkan dari sistem Iran.
"Banyak virus yang diproduksi di dunia setiap hari, dan (Iran) markas
cyberdefense memonitor mereka. Sejauh ini belum ada dampak yang merusak di
dalam negeri," ungkapnya.
Unit yang dipimpin Jalali ini didirikan atas
perintah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Iran menganggap
dirinya telah melancarkan cyberwar sejak 2010, ketika virus yang dikenal
sebagai 'Stuxnet' menganggu kontrol dari beberapa sentrifugal nuklir.
Iran mengatakan serangan komputer Stuxnet dan virus merupakan
bagian dari kampanye bersama Israel,
AS dan sekutunya untuk merusak program nuklirnya.
AS dan sekutunya menduga program nuklir Iran bertujuan
mengembangkan senjata atom. Iran
mengatakan programnya itu dimaksudkan untuk menghasilkan bahan bakar reaktor
nuklir masa depan dan radioisotop medis yang diperlukan untuk pasien kanker.
(republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar