"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Kamis, 15 Agustus 2013

Babat Alas di Provinsi Perawan

Menghabiskan malam di Mamuju, Sulawesi Barat, Scot Alan Marciel, Duta
Besar Amerika Serikat, tetirah di tempat terbaik yang bisa diimpikan
turis manapun.Presidential Suite Hotel d'Maleo, satu-satunya hotel
berbintang 'tiga plus' di Mamuju, menawarkan pemadangan segar pantai
Manakarra, kontur pesisir yang berbukit, lalu barisan sandeq dengan
cadik-cadiknya yang berlumut. Jauh di horizon sana, Selat Makassar
teduh dan tak pernah mengeluh atas kargo dan kapal-kapal barang
manapun yang hilir mudik di atasnya atau, seperti sudah menjadi
legenda kota di sini, pada kapal-kapal selam negara Amerika yang
setiap sebentar menyeberangi palung-palungnya tanpa pernah bisa
dideteksi militer Indonesia.

Hari itu Sabtu, 13 Mei 2013. Akhir pekan yang pas untuk Marciel dan
rombongan. Sejak keluar dari perut ATR yang membawa mereka dari
Makassar, protokolerpemerintah daerah memamerkan kemampuan
terbaikmereka melayani tamu asing. Mereka membawa rombongan melepas
pandang di pesisir, mencicipi manisnya kakao lokal -- yang memang
terkenal manis,bertemu kalangan mahasiswa, tokoh agama, pemuka
masyarakat. Andai saja laut bersahabat, mereka telah merancang
penyeberangan Marciel ke Karampuang, pulau eksotik sekitar 30 menit di
lepas pantai Mamuju.

Marciel dan rombongan menikmati semua itu, termasuk acara santap
bersama di gubernuran pada malam harinya. Satu-satunya hal minor,
kendati ini nampaknya jadi pikiran tersendiri, adalah demontrasi
segelintir mahasiswa yang menentang kehadiran rombongan. Berbaris
menghadang di sebuah jembatan jelang simpang lima sebelum masuk kota
Mamuju, demonstran meneriakkan kekecewaan pada pemerintah daerah yang
mereka gambarkan naif sebab bermurah hati pada "penjajah Amerika" yang
mengincar mineral-mineral terbaik di perut Sulawesi Barat. Mereka
sempat merengsek, mencoba mencegat. Tapi Sulawesi Barat, seperti
banyak provinsi lainnya, seperti tak pernah kekurangan aparat yang
siap berkorban untuk tamu asing. Seorang Kapolsek mengikhlaskan
kepalanya jadi sasaran tinju mahasiswa demi mulusnya perjalanan
rombongan Marciel.

Marciel tak ada bicara soal bentrok kecil di mulut kota itu. Tapi
pukul rata, kunjungan dua hari di jantung Sulawesi itu sukses besar.
Media, lokal dan nasional, seperti sepakat memegafonkan agenda utama
kedatangan Marciel ke Mamuju. Persis seperti yang diinginkan
mesin-mesin media Kedutaan, media melaporkan kunjungan terkait
kedermawanan Washington, via tangan Millenium Challange Corporation,
mengucurkan hibah Rp 3 triliun untuk rakyat Mamuju. Hibah berdurasi
lima tahun ini, dikemas dengan judul 'Millenium Challange
Compact',ditujukan untuk membandari tiga program yang dirancang
pemerintah Amerika: 'Kemakmuran Hijau', peningkatan gizi masyarakat
dan, terakhir, profesionalisme pegawai daerah dalam tender barang dan
jasa, begitu kata berita.

Tapi dari riset dan sejumlah informasi khusus dari Mamuju
mengisyaratkan kalau ada sesuatu yang anyir di balik semua itu; sebuah
cerita infiltrasi halus yang tak ingin didengar Marciel dan
rombongannya. Islam Times mengetahui kalau hibah membuka jalan pada
orang-orang bayaran Kedutaan Amerika untuk menyedot data strategis
pemerintah daerah tanpa pernah bisa dituntut atau dimintai
pertanggungjawaban.

Penyedotan data itu juga diketahui terjadi bahkan sebelum Amerika
mengucurkan bantuan, walau satu sen.

Analisis dan riset lanjutan menunjukkan bahwa Amerika, dan bukan
Jakarta, yang bakal berperan besar dan bahkan mendikte gerak maju
pembangunan di Mamuju. Terbaca pula kecenderungan hibah bakal memicu
lebih banyak lagi pemerintah daerah yang menggantungkan denyut
pembangunan daerahnya pada kedermawanan pemerintah Amerika.

LATAR PROGRAM
Dibentuk pada 2004, Washington menggambarkan Millenium Challange
Corporation sebagai lengan baru kedermawanan pemerintah Amerika
Serikat yang memperjuangkan kemakmuran dan "kepentingan-kepentingan
Amerika" di kolong langit. Diklaim independen dan tak menginduk ke
Kementrian Luar Negeri Amerika, lembaga disebut mengadopsi filosofi
yang berbeda dengan USAid, lengan derma utama sekaligus cover spionase
Amerika di Indonesia sejak era 60'an. Brosur menggambarkan MCC sebagai
lembaga yang unggul dan fokus dalam penyaluran 'Smart Aid'. Ini
tagline yang cerdas dan pas di tengah terpatrinya kebencian besar di
kalangan Muslimin dunia pada 'smart bomb' Amerika yang mencipta teror
dan horor di banyak desa, kota, dan negara, dari Irak hingga
Afghanistan.

Di Indonesia, kehadiran MCC berawal dari sebuah traktak pada 2011
antara pemerintah Indonesia (kala itu diwakili Menteri Keuangan Agus
Martowardjojo) dan Amerika Serikat (diwakili Hillary "Monica"
Clinton). Traktak pada intinya mengatur pengucuran US$ 588 juta,
sekitar Rp 6 triliun, paket hibah untuk pemerintah Indonesia.
Klaim-klaim Amerika dan Bappenas, yang mewakili Jakarta, bisa dilihat
di sini, di sini dan di sini.

PEMBUKAAN KLASIK
Di lapangan, proyek hibah MMC mengikuti pembukaan klasik gambit
infiltrasi lembaga donor asing. Infiltrasi diawali dengan traktak yang
mengikat (salinan MoU bisa dilihat di sini), disusul penerjunan tim
konsultan -- digambarkan oleh seorang pengamat sebagai "Tim Babat
Alas" -- untuk menyedot data penting pemerintahan sekaligus mengetes
kepatuhanorang lokal pada aneka prasyarat dan kondisi yang dititahkan
dalam traktak.

Pembacaan lebih serius pada isi traktak menghasilkan temuan sejumlah
hal kontroversial, cukup untuk jadi bahan trending topic di jejaring
sosial untuk satu semester ke depan. Sebagai contoh, traktak
menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia sama sekali tidak boleh
menghukum orang Amerika manapun yang terlibat dalam proyek ini, bahkan
sekiranya kehadiran, kerja dan sepak terjangnya, sengaja maupun tidak,
berujung pada kerugian, cidera dan, bahkan tewasnyawarga negara
Indonesia. Redaksi perjanjian, dalam banyak hal, mengingatkan kembali
gerak liar diplomasi Amerika di Iran yang pada 1964 berhasil memaksa
Shah Reza Pahlevi menelorkan aturan yang menempatkan warga Iran
selevel di bawah anjing milik warga negara Amerika:

"Section 6.8 MCC Status. MCC is a United States government corporation
acting on behalf of the UnitedStates Government in the implementation
of this Compact. MCC and the United States Government assume no
liability for any claims or loss arising out of activities or
omissions under this Compact. The Government waives any and all claims
against MCC or the United States Government or any current or former
officer or employee of MCC or the United StatesGovernment for all
loss, damage, injury, or death arising out of activities or omissions
under this Compact, and agrees that it will not bring any claim
orlegal proceeding of any kind against any of the above entities or
persons for any such loss, damage, injury, or death. The Government
agrees that MCC and the United States Government or any current or
former officer or employee of MCC or the United States Government will
be immune from the jurisdiction of all courts and tribunals of
Indonesia for any claim or loss arising out of activities or omissions
under this Compact."

Terjemahan bebas perjanjian di atas sebagai berikut:
"Bagian 6.8 Status MCC. MCC adalah sebuah perusahaan pemerintah
Amerika Serikat yang bertindak atas nama Pemerintah Amerika Serikat
dalam implementasi paket hibah ini. MCC dan Pemerintah Amerika Serikat
berlepas tangan atas klaim atau kerugian apapun yang muncul dalam
penerapan paket hibah ini, atau kelalaian yang terjadi di dalamnya.
Pemerintah Indonesia membebaskan MMC atau Pemerintah Amerika Serikat
atau pejabat atau eks pejabat atau pegawai MCC atau pemerintah Amerika
Serikat dari klaim apapun untuk semua jenis kerugian, kerusakan,
cidera atau kematian yang muncul sepanjang penerapan program ini, atau
kelalaian yang terjadi di dalamnya, dan setuju bahwa ia tak akan
pernah mengajukan klaim atau gugatan hukum atas apapun terkait lembaga
atau orang yang telah disebutkan di atas untuk semua jenis kerugian,
kerusakan, cidera atau kematian. Pemerintah Indonesia setuju bahwa MCC
dan Pemerintah AmerikaSerikat atau siapapun pejabat, bekas pejabat
atau pekerja MCC atau pegawai Pemerintah Amerika Serikat kebal
terhadap hukum di semua tingkatan pengadilan dan persidangan di
Indonesia untuk klaim atau kerugian apapun dalam penerapan paket hibah
ini, atau kelalaian yang bisa terjadi di dalamnya."

(islamtimes.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar