Babak pertama Freeport diawali dengan tambang terbuka eartsberg. Kemudian babak kedua tambang terbuka Grasberg dan terowongan. Kini, fokus kedalam tanah (terowongan). Di perkirakan, pemboran akan melintasi empat hingga lima wilayah di pegunungan tengah dan daerah lainnya di areal ini. Yahukimo, Nabire-Paniai, Pincak Jaya, pegunungan bintang, Lani Jaya dan daerah pesisir yang berbatasan dengan pegunungan, Kaimana Papua Barat.
Mengingat ijin keseluruhan kontrak karya II Freeport hingga tahun 2021 (sudah diperpanjang dua kali), untuk pertambangan terbuka Grasberg habis pada tahun 2016. Cadangan atas telah menipis. Maka kini Freeport berjuang keras untuk mendapatkan ijin tambang bawah tanah. Negosiasi ini menggelikan.
Freeport tak mau menerima dua tawaran pemerintah Indonesia. Pabrik pemurnian di dalam negeri dan ijin konsensi terowongan, mereka minta di berikan sampai tahun 2052. Artinya, permintaan mendapatkan ijin operasi sekaligus membungkus KK II yang meningkat dari batas waktu 2041 naik lagi ke tahun 2052. Mengerikan!
Menurut kompas, 5/7/2013, “Akan ada 405 tunnel (terowongan) yang melingkar di bawah tanah. Kalau jadi, maka akan memiliki panjang 1.000 km. Tambang ini akan menjadi tambang terbesar di dunia,” ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto dalam rapat dengan tim pemantau Otsus Papua di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Hingga saat ini, lanjut Rozik, Freeport sudah membangun terowongan sepanjang 400 kilometer dengan nilai hampir 1 miliar dollar AS. Pembangunan akan terus dilakukan hingga selesai meski kontra renegosiasi antara PT Freeport dan Pemerintah Indonesia hingga kini belum jelas. Sebelumnya, PT Freeport melakukan penambangan terbuka di Grasberg atau yang kerap disebut dengan Big Gossan. Namun, karena cadangan bijih mineral di permukaan tersebut semakin menipis, Freeport pun beralih untuk mengeruk kekayaan alam Papua dari bawah tanah. Tambang bawah tanah terbesar ini diperkirakan bisa menghasilkan 200.000 ton material per hari. Hingga akhir 2010 lalu, Freeport Indonesia memproduksi 235.000 ton bijih emas per hari dengan proyeksi emas 1,7 juta ons.
Utamakan Kepentingan Papua
Nasib kita memang tragis. Peningkatan volume tambang berdampak pada ekologis. Era globalisasi sudah melejit. Pemerintah Indonesia dianggap tidak siap menyambut sistim pasar. Salah satu korban pasar bebas adalah Indonesia. Walaupun rakyat Papua sebagai objek saja, permasalahan entitas bangsa perlu di angkat.
Babak ke tiga dari eksploitasi freeport harus mendahulukan kepentingan Papua sebagai beban utama dalam menyelesaikan pembicaraan ini. Pemerintah daerah (otonom) tak perlu ragu atau cengeng. Begitu juga Jakarta harus serius menyalakan kemerdekaan ekonomi yang memihak pada kami.
Pembagian saham 10 persen untuk pemerintah bukanlah jawaban. Tanah kami adalah saham paling besar. Freeport hanya punya teknologi, kenapa takut? Ada banyak perusahaan di dunia ini yang punya kemauan untuk tidak rakus dalam mengelola kekayaan alam. Kenapa harus patuh pada perusahaan perakus semacam FCX.
Undang undang otsus mewajibkan 80 persen hasil SDA Papua untuk Papua. Bukan 10 persen di FI. Begitu juga babak pertama dan babak kedua freeport selama ini justru utang luar negeri Indonesia meningkat Rp 2.156,88 triliun.
Pengalaman berharga pada dua periode eksploitasi tersebut seharusnya membidik dan mengambil hak istimewa dari yang selama ini diperuntukan bagi freeport, harus diperuntukkan bagi masyarakat dan negara. Jika tidak, untuk apa mendengungkan sebuah negara kalau nyatanya terinjak injak kedaulatan.
Pertambangan freeport di Indonesia satu satunya aset tambang terbesar bagi perusahaan. Ketika sumber daya tambang terbuka habis, cadangan bawah tanah yang kaya sedang dikembangkan. Ada 240 mil dari terowongan bawah tanah dan lainnya 540 km dari terowongan akan ditambahkan sepanjang umur tambang. Freeport, bagaimanapun, bukan tanpa sumber daya penting lainnya.
Total penyumbang ke pusat (FCX), sumber daya Grasberg Indonesia mengandung 27% dari cadangan tembaga freeport, 31,0 miliar lbs. dari £ 116.500.000.000. Ini hanya menyumbang 20% dari penjualan tembaga pada tahun 2012, lebih rendah dari output yang potensial karena aksi buruh yang mengganggu. Sisa dari penjualan berasal dari Amerika Utara, 37%, Amerika Selatan, dan Afrika 34%, 9%. Total pendapatan adalah $ 18.010 juta pada tahun 2012. Pendapatan untuk 2011 adalah $ 20.880 MM, 2010 - $ 18,892 MM, 2009 - $ 15.040, 2008 - $ 17.796. Harga tembaga merupakan penentu utama pendapatan.
Peningkatan kapasitas produski FI bukan hal omongkosong. Tapi demi menggapai bisnis sang pencangkul kebun dari Arisona yang punya asset tersebut. Ada pula cadangan bisnis lain selain emas dan tembaga. Freeport baru saja menyelesaikan akuisisi Plains Eksplorasi & Produksi Perusahaan, PXP dan McMoRan Exploration Company, MMR pada bulan Mei dan awal Juni tahun ini dalam transaksi sebesar $ 19000000000. Bisnis minyak terdiri dari produksi di daratan California dan Eagle Ford Shale, dan produksi lepas pantai AS di deepwater Teluk Mexico dan California. Tahun 2013 produksi 137 MBbls / hari. Akuisisi ini termasuk Eksplorasi Bisnis aktif yang mengandung banyak prospek berkualitas tinggi dengan risiko atas imbalan yang cukup menguntungkan. Usaha gas yang berbasis di Haynesville Shale dan di Trend Ultra di Louisiana, yang memanjang dari darat ke Teluk Meksiko. Produksi 303 MMcf / hari. Total Oil dan Gas adalah $ 1.309 juta pada 2013.
Arkilaus Baho (kompasiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar