Sukses menjadi dosen peneliti di negeri orang tidak membuatnya lupa Indonesia. Riza Muhida, bapak dua anak kelahiran Jakarta ini yang pada tahun 2007-2010 menjabat Ketua Indonesian Lecturers and Researchers Association in Malaysia (ILRAM), sebuah organisasi yang mewadahi forum komunikasi antar ilmuwan Indonesia dan Malaysia yang berada di Malaysia, pada awal 2011, kembali ke Indonesia.
Riza juga tercatat aktif dalam asosiasi profesor bidang mekatonika (robotik) di International Islamic University Malaysia. Saat ini, ia masih tercatat sebagai Wakil Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4).
Sebagai dosen peneliti di International Islamic University Malaysia, ia mendapatkan penghasilan 8.000 ringgit atau lebih dari Rp 20 juta setiap bulan. Awalnya, ia tertarik menjadi dosen peneliti di Malaysia karena adanya sokongan dana penelitian dan tunjangan hidup yang lebih menjanjikan dibanding jika menjadi dosen peneliti di Indonesia.
Saat menjadi peneliti di Malaysia, dengan penghasilan yang didapat, ia dapat melakukan kerja-kerja penelitian dengan tenang. Tak pernah dilanda kekhawatiran memikirkan biaya sekolah anak dan kebutuhan lainnya karena Pemerintah Malaysia juga menjamin tunjangan pendidikan untuk anak, tunjangan kesehatan, dan tempat tinggal di luar gaji pokok.
Hasilnya, Riza berhasil menunjukkan buah dari penelitiannya. Ia menciptakan benda untuk menyimpan vaksin dengan suhu yang bisa disesuaikan. Benda yang menyerupai lemari pendingin itu ia patenkan hak kekayaan intelektualnya dengan nama a portable thermoelectric-based vaccine cooler.
Selain itu, ia juga memiliki penemuan lain yang diberi nama camera-based smart solar tracking system, di mana ia membuat panel surya yang lebih sederhana dengan menggunakan motor untuk menggerakkan kamera yang menangkap posisi matahari lebih akurat.
”Saya juga pernah mendapatkan medali emas dari kompetisi penemuan yang rutin dilombakan setiap tahun di berbagai negara,” kata Riza seperti dikisahkan Kompas.com.
Akan tetapi, penemuan-penemuan tersebut ia ”titipkan” untuk dikembangkan di International Islamic University Malaysia dan memilih kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan hari tuanya. Saat ini, ia aktif dan menikmati profesinya sebagai dosen peneliti informatika dan komputer di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya di Tangerang, Banten.
Meski penghasilan tak sebesar seperti saat menjadi dosen peneliti di Malaysia, Riza mengaku tak bisa menghilangkan keinginan untuk memiliki masa depan di Indonesia. Keinginannya kembali ke Tanah Air karena ingin menggali pengalaman dan mempersiapkan hari tua di tanah kelahirannya.
”Saya kembali ke Indonesia karena saya berpikir hidup saya hanya sementara. Saya melihat masa depan, hari tua saya harus di Indonesia. Daripada saya merintis di luar negeri, lebih baik saya merintis di Indonesia,” katanya.
(http://www.bnp2tki.go.id/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar