Baru-baru ini kita disuguhi dengan berita-berita tentang penembakan sebuah pesawat tanpa awak (drone) misterius oleh angkatan udara Israel tgl 6 Oktober lalu. Berita-berita itu bahkan dibumbui dengan video keberhasilan Israel menembak jatuh pesawat misterius tersebut dengan menggunakan 2 pesawat tempur F-16. Namun hingga kini Israel dan media-media massa tidak pernah menyebutkan pesawat apa yang ditembak jatuh itu dan siapa pengirimnya.
Sebuah
artikel di blog "roytov.com" tulisan Roy Tov berjudul "IDF
Photographs its own Defeat" mengupas nyaris tuntas insiden penerobosan
wilayah Israel oleh pesawat tanpa awak itu, sekaligus implikasi serius dari
insiden tersebut yang menjadi alasan kuat bagi Israel untuk tidak
mempublikasikan pesawat tanpa awak itu.
Menurut Roy Tov pesawat tanpa awak (drone) itu meluncur dari Lebanon paralel dengan garis pantai Laut Tengah
melintasi 2 kota besar Israel, Haifa
dan Tel Aviv. Pesawat itu juga melintasi pusat-pusat industri Israel dan pangkalan-pangkalan udara Israel.
Selanjutnya dalam 30 menit terakhir pesawat melintasi beberapa instalasi
militer dan inteligen strategis Israel.
Semua instalasi tersebut dilengkapi radar-radar paling canggih buatan Amerika
dan Israel, termasuk sistem pertahanan udara modern "Iron Dome" yang
digelar Amerika untuk Israel. Namun pesawat itu terbang tak terdeteksi hingga
mendekati reaktor nuklir Dimona sebelum akhirnya ditembak jatuh.
Pesawat terbang tanpa awak itu ternyata buatan Iran yang diluncurkan oleh
sekutunya, Hizbollah. Iran
dan Hizbollah tentu saja tidak berniat memprovokasi perang dengan insiden itu,
meski jika mereka mau pesawat itu sudah bisa menghancurkan beberapa sasaran
strategis, termasuk reaktor nuklir Dimona. Mereka hanya menguji coba kehandalan
drone mereka sekaligus kekuatan pertahahan udara Israel. Mereka juga cukup cerdas
untuk meyakini bahwa Israel
tidak akan pernah mengakui sistem pertahanan udara mereka ditembus Iran dan Hizbollah, meski Israel tahu betul bahwa pesawat drone tersebut
milik Iran
dan Hizbollah.
Seolah mengejek Israel,
pemimpin Hizbollah Sayyed Nasrallah pada hari Rabu (10/9), mengumumkan akan
mengadakan jumpa pers tentang kecanggihan pesawat-pesawat drone milik
Hizbollah. Dan ejekan itu berubah menjadi tamparan keras setelah pada hari
Kamis malam (11/10) Nasrallah menyatakan bahwa pesawat drone yang menerobos
wilayah Israel
adalah milik Hizbollah.
Ini bukan yang pertama kalinya pesawat drone buatan Iran
yang dimiliki Hizbollah menerobos Israel meski harus diakui yang
terakhir ini adalah yang paling "sukses". Dalam perang Lebanon II
tahun 2006 dua pesawat drone "Ababil" milik Hizbollah berhasil
menerobos Israel sebelum
ditembak jatuh di sebelah utara kota Haifa. Sejak saat itu
Hizbollah dengan bantuan Iran
telah memiliki drone-drone yang lebih canggih.
Pada tgl 2 September lalu Deputi Menhan Iran Mohammad Eslami memberikan
pernyataan mengejutkan kepada media Iran "Press TV". Menurut
pengakuannya Iran telah
berhasil menguasai teknologi pesawat drone siluman canggih RQ-170 Santinel
Amerika yang "dibajak" Iran akhir tahun lalu. Tidak hanya
itu, ia juga mengakui Iran
telah melengkapi pesawat-pesawat drone jarak jauh mereka, "Karrar"
dengan rudal dan bom. "Karrar" akhirnya dilaunching oleh Presiden
Ahmadinejad tgl 22 Agustus 2012. Daya jelajah pesawat drone ini mampu
menjangkau Israel.
"Insiden" penerobosan pesawat drone itu berkaitan dengan sebuah
peristiwa lainnya. Pada tgl 4 SEptember lalu koran "The New York
Times" melaporkan bahwa "Iran
telah mengirim peralatan militer ke Syria melalui udara Irak".
Amerika yang telah hengkang dari Irak dan Irak tidak memiliki angkatan udara
yang kuat menjadikan wilayah udara Irak sebagai jalur udara yang efisien bagi Iran untuk membantu sekutu-sekutunya Syria dan Hizbollah.
Sejak pengiriman itu militer Syria
dilaporkan mengalami kemajuan signifikan dalam perangnya melawan pemberontak,
terutama di medan perang Aleppo
dan Homs. Ini
semua membuktikan bahwa Iran
telah mensuplai Hizbollah (melalui Syria,
Lebanon berbatasan langsung
dengan Syria) dengan pesawat
drone terbaru yang digunakan untuk menerobos Israel.
Ketika sebuah teknologi pembuatan drone ditemukan, sebagaimana teknologi
pesawat drone siluman RQ 170 Amerika, tidak memerlukan biaya mahal untuk
memproduksi dan mengembangkannya. Pesawat ini hanya membutuhkan material murah
berupa bahan-bahan komposit dan sirkuit elektronik, tidak beda dengan pembuatan
laptop. Di sisi lain pesawat tempur dan sistem pertahanan udara andalan Israel sangat
mahal harganya. Jika terjadi perang antara drone-drone Iran/Hizbollah melawan
angkatan udara Israel, Israel bakal mengalami krisis finansial serius,
bahkan jika Amerika mengelontorkan dananya ke Israel.
(cahyono-adi.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar