"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 18 Juli 2012

Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Iran


Ninuk Widyantoro dari Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) mengatakan hak dan kesehatan reproduksi dan seksual merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun, banyak persoalan, seperti tabu dan berbagai pandangan stereotype dalam masyarakat yang membuat pembicaraan mengenai kesehatan dan hak reproduksi dan perempuan justru disalahpahami sebagai pembicaraan mengenai hubungan seks yang sempit. Sementara, Pemerintah Indonesia yang sangat rajin menandatangani berbagai deklarasi dan kesepakatan internasional belum sepenuhnya memenuhi kewajiban terkait hak dan kesehatan reproduksi, termasuk pemenuhan hak atas informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Akibatnya, kesalahpahaman yang justru membahayakan kesehatan bahkan berakibat kematian masih mudah dijumpai. Ninuk Widyantoro dari Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), Jakarta, yang aktif melakukan advokasi hak dan kesehatan reproduksi dan seksual berbagi pandangan dan pemikirannya seputar isu hak dan kesehatan reproduksi dan seksual dalam wawancara yang dilakukan Diah Irawaty dari Redaksi Komnas Perempuan.

Sekolah merupakan sarana yang sangat potensial untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seks. Tetapi, seringkali hal ini disalahpahami sebagai upaya menyebarkan pandangan seks bebas. Bagaimana tanggapan Anda?
Lebih jauh, nanti malah dimarahi kaum agawaman. Apa mereka memahami bahwa dalam agama diajarkan untuk mendidik umat agar hidup kita berkualitas dan sejahtera? Hizbuttahrir (sebuah organisasi keagamaan) di Jakarta Post, saya pernah baca, mereka mengatakan (pendidikan seks) ini Barat dan kebarat-baratan. 
Bagaimana ini? Yang menandatangani Deklarasi Kairo lebih banyak dari Afrika, Asia. Jadi, jangan bilang dipaksakan Barat.

Saya mengajar seksualitas di Negara Islam lain seperti Bangladesh dan Iran. Siapa yang menyuruh? Imam Khomaini dan “MUI” di sana. Sex education menurut mereka harus diajarkan di semua univesitas. 

Mereka juga membuat kebijakan, setiap orang yang mau menikah harus mendapatkan pendidikan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi.

Iran, kurang Islam apanya? Apa mereka antek Amerika? Jelas mereka bertentangan dengan Amerika, tapi mereka maju. 

Total fertility rate di Iran adalah 1,6. Berarti dalam 1 pasangan rumah tangga, tidak sampai 2 anak. Tentu tidak semuanya punya 2 anak, ada yang satu dan ada yang dua. Aborsi dibolehkan, tapi memang harus diatur. 

Islam itu memiliki banyak aliran pemikiran. Biarkan saja orang milih, jangan dipaksa. Saya setuju dengan Iran, tidak peduli Syiah atau apa, buat saya, Iran lebih memiliki kemanusiaan. 

Di sana, sekoah gratis sampai SMA. Jangan dilihat yang jeleknya; mereka lebih maju. 

Saya bekerja untuk “MUI”-nya Iran. Pejabat di sana tidak sombong dan bersedia diajar sama saya. Mereka mungkin anti Barat, jadi saya (yang berasal dari Indonesia) yang diminta mengajar. Walaupun bahan-bahan informasi disusun orang Barat, tapi kalau saya yang mengajar, mereka besedia diajar.

Saya Islam, bukan dokter. Mereka bilang, tidak perlu dokter yang wacananya sempit karena memang wacananya harus diperluas dengan hal-hal yang non-medis karena sehat itu bukan hanya non-medis. 

(komnasperempuan.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar