"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Kamis, 19 Juli 2012

Diskusi Public Peran Elit Agama dalam Mendominasi Kehidupan Sains dan Politik di Iran


Selasa (11/05), KMS (Keluarga Mahasiswa Sosiologi) menggelar sebuah diskusi public yang bertemakan Peran Elit Agama dalam Mendominasi Kehidupan Sains dan Politik di Iran. Diskusi yang diadakan di ruang Seminar Fisipol UGM ini diadakan untuk membuka cakrawala pengetahuan mahasiswa tentang Iran. 




Menurut Fuji Riang P, Ketua Panitia acara ini menjelaskan bahwa topic tentang Iran memang sangat potensial untuk didiskusikan. Apalagi lanjutnya, situasi politik Iran saat ini pasca kekalahan kaum reformis juga sedang hangat-hangatnya dalam pemberitaan internasional. Selain itu, pemilihan topic Iran tidak lain karena Bapak Supraja, SH, S.Sos, M. Si, pembicara dalam diskusi ini baru saja pulang dari studinya di Iran. “Sekaligus untuk mempublish studi beliau tentang Iran, agar tidak sia-sia,” tandas mahasiswa berkacamata ini. 
Diskusi ini cukup menarik, mengingat Iran termasuk salah sedikit negara yang gencar sekali melawan dominasi negara Barat, terutama Amerika Serikat. Selain itu, Iran juga terkenal dengan stereotype negara Islam radikal, sehingga sudah pasti peran elite agama sangat mendominasi di sana.

Seperti yang kita ketahui, Iran memang memiliki sistem demokrasi yang berbeda dari demokrasi kebanyakan. Menurut Dr. M. Suparja, SH, S.Sos, M. Si, pembicara dalam diskusi ini, menerangkan bahwa Iran menganut sistem demokrasi yang bernama Willayatul Taqib atau Theo Demokrasi. Sistem ini memang memberikan banyak kesempatan bagi marja’ (ulama) untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. Bahkan, secara ekstrim, peran marja’ ini bisa disetarakan dengan peran legislative.

Peran marja’ memang sangat besar dan berpengaruh dalam kehidupan budaya, politik maupun ilmu pengetahuan masyarakat Iran. Kebanyakan para marja’ tersebut terkonsentrasi di kota Qom, sehingga Qom terkenal sebagai ibu kota politik dan kota suci. Kebanyakan marja’ memiliki kaum yang sangat banyak dan loyal tentunya. Selain melayani konsultasi berbagai permasalahan fiqih sehari-hari, para marja’ tersebut juga, menetapkan semacam sedekah atas jasa mereka.

Yang sangat mengagumkan di Iran adalah uang sedekah dari para umat marja’ digunakan untuk berbagai macam keperluan, mulai dari sosial, pendididikan hingga teknologi. Ada banyak sekali Hawzah (Institute) yang didirikan, universitas, lembaga riset, rumah sakit, NGO (Non Government Organization) dan perpustakaan didirikan berkat dana tersebut.

Marja’ yang paling terkenal di Iran adalah Imam Khomeini. Beliau adalah tokoh penggerak reformasi Islam tahun 1979 di Iran. Selain sebagai tokoh politik, Imam Khomeini juga termasuk ahli pemikir dan filsuf pada masanya. Tidak hanya Imam Khomeini, banyak para marja’ lainnya yang juga merupakan ahli filsuf, sosiologi, sejarah, fiqih yang bertebaran di Iran. Maka tidaklah berlebihan jika negara Iran merupakan negara yang memiliki tradisi intelektual yang kental.

Pasca reformasi Negara Islam, banyak yang mengira bahwa Iran adalah negara yang tertutup dan cenderung menganut Islam yang radikal. Pendapat ini terpatahkan ketika Dr. M. Suparja, SH, S.Sos, M. Si mendapat kesempatan untuk mengunjungi negara Iran baru-baru ini. para perempuan di Iran terbukti mendapat status sosial yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi wanita lebih banyak daripada kaum lelaki. Selain itu, peneliti yang mengkaji Iran ini juga sempat terpukau banyaknya mahasiswi Iran yang mengajukan pertanyaan kritis saat dirinya menjadi dosen tamu di Iran.

Topik tentang Iran ini terbukti menyedot banyak animo dari mahasiswa jurusan atau fakultas lain, mulai dari HI (Hubungan Internasional), FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) hingga Sastra Arab. 

Luly, mahasiswa Sosiologi 2007 mengatakan bahwa diskusi tentang Iran cukup menarik, karena dia juga tidak begitu tahu tentang bagaimana pemerintahan di negara Islam. “ Aku pikir negara Islam kebanyakan bias gender dan selalu mendeskreditkan pihak lain, tapi ternyata mereka cukup terbuka tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip agama yang dianut,” ujar mahasiswi berjilbab ini. 

(www.fisipol.ugm.ac.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar