"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 01 Juni 2013

IAIN Ar-Raniry Aceh Gelar Seminar Internasional Kontribusi Persia di Nusantara

Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry menggelar Seminar International tentang Kontribusi Persia di Nusantara Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan serta melakukan penandatanganan beberapa kerjasama dengan Kedutaan Besar Iran (2/5/2013) di Auditorium Prof H. A. Hasjmy Banda Aceh.


Dekan Fakultas Syariah Dr. Nazaruddin A.Wahid, MA mengatakan, seminar intrnasional ini terlaksana atas kerjasama Kedutaan Besar Republik Islam Iran dengan Media Syariah IAIN Ar-Raniry, serta bantuan dari pemerintah aceh yang dibuka oleh staf ahli gubernur Prof Dr J. Makmur.


“Seminar ini mencoba membedah persoalan-persoalan sosial budaya dan keagamaan yang memiliki akar sejarah yang sama dari ummat Islam Asia tenggara dengan bangsa persia,” ujar Dekan.

Nazaruddin menambahkan, Persia memiliki peran penting di Aceh, namun saat ini pranata sejarah Persia telah banyak dilupakan, padahal sudah menjadi bagian bagi masyarakat Aceh, peranan kebudayaan yang dimainkan Bangsa Persia tempoh dulu masih membekas secara jelas dalam pranata kebudayaan masyarakat nusantara dan khususnya di Aceh.

“di Aceh ada peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan atas syahidnya Saidina Husain, adanya kesamaan ajaran antara syaikh Siti Jenar dengan ajaran sufi al-Hallaj yang kemudian di Aceh dikembangkan Oleh Hamzah al-Fansuri dengan Tariqat Wahdatul Wujud, bahkan lebih lanjut dalam Kajian Archiolog Islam Nusantara mendapati bahwa Batu Nisan makam Malikus Saleh (1297) menampakkan ciri yang jelas bersumber dari Persia, beberapa hal itu membuktikan bahwa antara Persia dengan Aceh masih sangat dekat hubungannya,” imbuhnya

Dr. Nazaruddin mengharapkan, seminar ini akan melahirkan pengkajian lebih mendalam tentang akar budaya antara Persia dan Aceh, hal itu dilakukan dengan menandatangani kesepakatan kerjasama (MoU) antara Fakultas Syariah dengan Kedutaan Besar Persia.

“kerjasama dirajut ke depan adalah Pendirian Persia Corner, Kerjasama Research dan Teknologi Informatika, bahkan nantinya akan terwujud Mesium Persia Asia Tenggara di Aceh”, kata Dekan Syariah.

Ketua Pelaksana Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, PhD menyebutkan, seminar ini akan menghadirkan 13 Nara sumber dari dalam dan luar negeri, menurutnya pemateri yang dihadirkan adalah Ast. Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf, Prof. Dr. Yusni Saby, Dr. Solaiman Pour Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, Dr. Iik Arifin Mansurnoor, Mohammad Ali Rabbani, Dr. Fuad Jabali, Dr. Abdul Hadi WM, Dr. Dicky Sofjan, Bastian Zulyeno, Ph. D, Abu Taqiyuddin, Lc, Dr. Hilmy Bakar, Dr. Syarifuddin.

“Kegiatan ini diikuti 200 peserta yang berasal dari STAIN/ IAIN yang ada di Aceh serta berbagai organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat (Ormas) Islam serta para peneliti tentang dunia Islam yang ada di Indonesia, tutur Kamaruzzaman. 

Sementara Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia H.E. Mr. Mahmoud Farazandeh dalam sambutan dan orasinya menjelaskan tentang Islamism & Islamicism versus Fundamentalism, “setiap upaya yang mengacu kepada ajaran asli dan dasar-dasar Islam serta interpretasi politik atas literatur suci disebut sebagai fundamentalisme”.

Farazandeh menambahkan, setiap referensi yang mengakar kepada agama disebut fundamentalisme, fundamentalisme harus di kontekstualkan, teori-teori ‘Sosiologi Pengetahuan’ dan ‘Dekonstruksi’ digunakan untuk menganalisa karena hal ini merupakan konsep berbasis kekuasaan.

“Fundamentalis Islam ditautkan kepada Islam, menolak pendekatan lain seperti Rasionalisme, Filsafat dan Irfan selain syariat/syariah, dalam semua agama fundamentalisme adalah absolut dan ditolak” Ujarnya.

Dia juga menceritakan tentang kultur budaya dan peradaban islam di Negara Repulik Islam Iran, secara historis Iran juga terbebas dari kaum ortodoks dan penganut paham anti-rasional, “Iran secara geografis merupakan pembangun jembatan antara timur dan barat” papar Farazandeh. 

http://www.ar-raniry.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar