Sungguh hal luar biasa yang dilakukan Iran dalam menunjukkan solidaritasnya atas duka yang sedang menyelimuti rakyat Venezuela atas kematian Hugo Rafael Chavez Frias. Melalui sidang kabinet yang dipimpin langsung oleh Mahmoud Ahmadinejad, Tehran memutuskan Rabu (6/3) sebagai hari berkabung nasional, sebagaimana dikutip situs The Global Review dari website resmi Presiden Iran.
Hampir tidak pernah terjadi, suatu negara
mengumumkan hari berkabung nasional atas kematian seorang pemimpin negara lain.
Namun itu terjadi pada Iran,
yang menunjukkan persahabatan dan simpati atas duka rakyat Venezuela,
akibat kehilangan Presiden yang sangat dicintai rakyatnnya itu.
Sangat dimaklumi, kedekatan Caracas
dengan Tehran
telah sedemikian dalam, mengingat kedua pemerintahan ini sama-sama berjuang
menentang hegemoni dan arogansi imprialisme global yang dimotori AS beserta
para kroninya. Saat kunjungan kelima kali Ahmadinejad ke Venezuela Januari 2012
lalu, Chavez menyebut Iran
sebagai “saudara sesungguhnya”. Lalu Ahmadinejad pun mengatakan bahwa Iran akan terus
menjadi “sahabat selamanya” bagi Venezuella untuk membendung langkah-langkah
imperialisme di muka bumi. Mereka juga berharap bahwa perjuangan itu tidak
hanya bertumpu dipundak dua nega ini saja, tetapi akan terus tumbuh dan meluas
di negara-negara lain disetiap belahan dunia.
Saat kunjungan Ahmadinejad September 2006 lalu,
Chavez memuji Ahmadinejad dengan mengatakan; "dia adalah pemimpin
revolusioner yang cinta kemerdekaan dan selalu menentang pemerintahan arogan,
terutama mereka yang berusaha mengganggu Iran,". Dalam kesempatan yang
sama Chavez memberikan Ahmadinejad Libertador Medal, penghargaan tertinggi Venezuela untuk
perwakilan asing. Lalu Ahmadinejad mengatakan "Ini merupakan simbol
keberanian bangsa Iran dan Venezuela. Kita
punya banyak kesamaan dan harus bersatu demi mewujudkan perdamaian dan
keadilan,". Sebelumnya, saat berkunjung ke Iran di Juli tahun yang sama,
Ahmadinejad juga memberikan penghargaan Islamic Republic Medal kepada Chavez.
Hari berkabung Nasional di Iran untuk Venezuela ini
telah menunjukkan kesungguhkan mereka menjadi “saudara sesungguhnya” dan
“sahabat selamanya”. Melalui momentum itu, Iran
sepertinya hendak mengirim pesan kepada rakyat Venezuela bahwa hubungan dan
komitmen besama kedua negara itu tidak akan berakhir dengan mangkatnya Hugo
Chavez. Dan ini pun akan memberi semangat bagi rakyat Venezuela untuk
terus mendukung revolusi Bolivarian yang digagas dan dijalankan dengan
sunguh-sungguh oleh Chavez. Suatu gagasan dan gerakan yang layak dijaga dan
terus diperjuangkan, bahkan bagi seluruh kawasan di Amerika Latin.
Revolusi Bolivarian yang diusung Hugo Chavez
terinspirasi oleh cita-cita perjuangan Bolivar, tokoh yang juga dikenal dengan
julukan “ El Libertador”. Tokoh besar yang lahir di kota
Caracas tahun
1783 dari keluarga Aristokrat ini adalah perjuang pembebasan di Amerika Latin
zaman kolonialisme. Prinsip revolusi Bolivarian ini ada pada kesadaran
pengorganisasian diri rakyat, bukan bersandar pada karisma seorang pemimpin
seperti Chavez. "Revolusi bukanlah Chavez... .revolusi akan terjadi dengan
atau tanpa dia. Chavez adalah suara bagi rakyat Venezuela,
tetapi rakyat Venezuela
lah yang akan mengubah negara ini”, ungkap Marcado, seorang aktivis lingkaran
Bolivarian.
Jadi tidak ada alasan bagi terhentinya setiap
tahapan gerakan dari revolusi Bolivarian dengan berakhirnya hidup Hugo Chavez. Karenanya, Iran
masih sangat percaya bahwa rakyat Venezuela masih akan tetap menjadi
saudara dan sahabat yang sama-sama berjuang bagi tata dunia masa depan yang
lebih adil, lepas dari cengkraman kekuatan-kekuatan hegemoni imperialisme
global. Tampuk kepemimpinan Venezuela
yang dilanjutkan oleh Wakil Presiden, Nicolas Maduro yang merupakan orang dekat
dan kepercayaan Chavez kiranya akan memberi garansi tersendiri bagi Iran untuk meyakini bahwa Caracas
masih satu semangat dengan Tehran.
Pasca mangkatnya Chavez dipastikan akan ada
upaya-upaya pihak AS melalui para oposan di Venezuela untuk mendorong suatu
rancangan baru bagi politik negara ini. Hal tesebut seperti diungkapkan Maduro
saat mengingatkan rakyatnya bahwa ada rancangan misterius (oleh oposisi) yang
akan membahayakan negara. Sebagaimana diketahui, pihak oposisi umumnya adalah
mereka yang berasal dari kalangan menengah atas, dan cukup ‘menderita’ dengan
kebijakan-kebijakan yang diambil Chavez selama ini. Washington
yang selama ini ‘dirugikan’ dan tidak leluasa mengendalikan arus politik Caracas demi
ambisi-ambisi kapitalismenya, akan berupaya keras menciptakan “Venezuela Baru”
pasca Hugo Chaves.
Meskipun tidak secara jelas menyatakan maksudnya,
spanduk belasungkawa Presiden Obama di AS terulis dua kalimat; "Amerika
Serikat memperkuat dukungannya kepada rakyat Vezeluela," dan meskipun
berat, Obama mengatakan bahwa ini menjadi pintu bagi "Bab baru dalam
sejarahnya untuk menegakkan prinsip demokrasi, hak asasi dan aturan
hukum". Kita ketahui, AS tidak membiarkan sekecil apapun kesempatan yang
tersedia lolos begitu saja, untuk bertindak atas sesuatu yang dapat
mengendalikan Venezuela
pada arah yang sesuai dengan kepentingan hegemoniknya. Ini sebagaimana yang
mereka tunjukkan selama ini atas negara-negara didunia yang selama ini berada
pada arus yang menentang skema kebijakan AS. Pastinya Venezuela tidak dibiarkan menjadi sahabat
“selamanya” bagi Iran
yang terus menerus merong-rong langkah-langkah hegemonik imperialisme AS dan
para sekuntunya.
Iran tentu tidak akan membiarkan bahwa mereka akan kehilangan
salah satu sekutu kuat yang selama ini berjuang dalam memangkas gurita hegemoni
imperialisme AS di dunia. Tehran tidak ingin
kehilangan Caracas
hanya karena telah ditinggalkan Hugo Chavez. Karena itu, kedalaman hubungan dan
kerjasama mereka selama ini menjadi sangat berarti keterjagaannya, dengan
menunjukkan solidaritas yang tinggi atas rakyat Venezuela,
melalui penetapan satu hari berkabung nasional rakyat Iran atas
kematian Chavez. Ini juga seperti mengkampanyekan begitu pentingnya ikatan
hubungan yang dalam untuk dibina dengan berbagai negara yang berkomitmen
memperjuangkan bagi kebebasan rakyatnya dan dunia dari dominasi imperialisme.
Intinya, ada makna dan sasaran politis yang dapat dipahami dan dicapai dengan
upaya menetapkan hari berkabung untuk rakyat Venezuela
oleh Iran.
*Novendra Deje
Penulis adalah Ketua Komunitas Studi Agama dan
Filsafat (KSAF – Aceh), tinggal di Banda Aceh.
(theglobal-review.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar