"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Jumat, 08 Maret 2013

Amerika Serikat dan Kematian Chavez


Kematian Presiden Venezuela Hugo Chavez Selasa sore waktu setempat memicu kesedihan mendalam bagi warga di Venezuela. Ribuan orang di negara ini turun ke jalan-jalan, memanggil namanya.

Selama dua tahun, presiden Venezuela ini telah berjuang melawan kanker dengan menjalani beberapa kali operasi dan perawatan di Kuba. "Ini adalah momen kesedihan yang mendalam," kata Wakil Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, saat mengumumkan kematian Chavez di televisi.


Reuters memberitakan, ribuan orang turun ke jalan-jalan dan alun-alun kota di seluruh Venezuela. Sebelumnya, mereka telah menanti kabar soal Chavez di depan rumah sakit tempatnya dirawat di Caracas.

Membawa poster-poster dan foto Chavez, mereka mengagung-agungkan pemimpin Venezuela selama 14 tahun itu. "Chavez hidup selamanya! Perjuangan masih berlanjut!" teriak mereka. "Kami akan menunjukkan bahwa yang dia lakukan tidak sia-sia," kata Jamila Rivas, 49, sambil menangis di depan rumah sakit militer tempat Chavez dirawat.

Rakyat Venezuela, terutama yang berasal dari wilayah miskin mengikuti dengan seksama perjuangan Chavez melawan kanker selama dua tahun. Banyak dari mereka yang seakan tidak bisa terima junjungannya tersebut meninggal.

"Dia adalah ayah kami. 'Chavismo' tidak akan berakhir. Kami adalah rakyatnya. Kami akan terus berjuang," kata Nancy Jotiya, 56, di alun-alun Bolivar, Caracas.

Oleh para pendukungnya, Chavez dikenal karena gayanya yang karismatik, anti Amerika, pandai berpidato, dan dicintai karena kebijakan minyaknya yang berujung pada subsidi makanan dan medis bagi jutaan rakyat miskin di negeri itu.

Chavez mendeklarasikan diri sebagai musuh AS dengan memaki Presiden George W. Bush dengan sebutan "setan" di hadapan Sidang Majelis Umum PBB. Berkali-kali Chavez mengancam akan menghentikan kiriman minyak ke AS, meski terbukti belum pernah jadi dilakukannya.

Venezuela tetap menjadi pasar ekspor minyak terbesar AS. Kendati demikian, Chavez juga meningkatkan kiriman minyak ke negara-negara rival AS, seperti Cina, Belarus, Iran dan Suriah.

Terinspirasi oleh kawan dan gurunya di Kuba, Fidel Castro, Chavez menerapkan cara-cara radikal dalam memperbaiki perekonomian negaranya. Dia menasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta untuk membiayai negaranya. Caranya ini menuai kecaman dari kelompok oposisi.

Ayah tiga putri dan seorang putra ini dikenal dengan pidatonya yang panjang dan menawan. Tahun 2012, dia berpidato selama 10 jam. Sedikit yang diketahui soal kehidupan pribadinya. Namun dia adalah penggemar baseball, suka membaca dan mendengarkan musik folk.

Pamor Chavez semakin meroket. Dia bak manusia setengah dewa yang dicintai para pengikutnya. "Chavez adalah segalanya, tanpa Chavez kami tidak ada apa-apa," kata seorang pendukungnya.

AS Dituding Berada di Balik Kematian Chavez

Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh ada andil dari "musuh imperialis" mereka, yaitu Amerika Serikat, dan kelompok oposisi di dalam negeri dalam kematian Presiden Hugo Chavez. Maka itu, dia pun mengusir beberapa diplomat AS yang dituduh telah mengancam keamanan negara tersebut.

Diberitakan Reuters, Rabu 6 Maret 2013, Maduro menggelar pertemuan di istana kepresidenan setelah kematian Chavez yang telah menjabat selama 14 tahun. Pemerintahan Maduro meyakini, kematian Chavez adalah akibat serangan dari musuh-musuh politiknya.

"Kanker ini adalah serangan dari musuh imperialis. Musuh lama Tanah Air kita berusaha merusak kesehatannya," kata Maduro menuding-nuding, sembari berusaha membandingkan Chavez dengan pemimpin Palestina Yasser Arafat yang diduga mati diracun agen Israel pada tahun 2004 lalu.

Atas tuduhan ini, Maduro mengatakan bahwa Venezuela telah mengusir atase Angkatan Udara di Kedutaan Besar di Caracas. Dia mengatakan, total ada dua diplomat AS yang diusir sejak kematian Chavez karena dinilai menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan pemerintah.

"Tanggung jawab terbesar kami adalah menghadirkan kebenaran pada rakyat," kata Maduro dalam sebuah siaran televisi.

Hal serupa juga sebelumnya pernah disampaikan Chavez pada 2011 lalu. Dia melihat ada keanehan karena banyak pemimpin Amerika Latin yang juga mengidap kanker.

Hugo Chavez Mewariskan Jati Diri Bangsa

Tidak adil kadang dunia ini seperti tidak adilnya dunia pada masa kecil Hugo Chavez. Presiden Venezuela pernah tidak punya makanan di masa kecilnya. Dia telah wafat pada hari Selasa (5/3/2013) pukul 16.25 waktu setempat di Caracas.

Selama 14 tahun Chavez berkuasa, pers dunia cenderung melihat sisi ekstremnya, yakni sisi revolusionernya. Chavez menasionalisasi korporasi swasta, meredam oposisi, membungkam lawan dan musuh-musuhnya.

Akan tetapi, Chavez bukan seorang Presiden seperti almarhum mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Chavez tidak terdengar memperkaya diri melebihi batasan yang wajar. Dia juga bukan Husni Mubarak versi Mesir.

Ada sisi positif Chavez, yang menginspirasi banyak pemimpin lain di kawasan Amerika Latin, seperti Presiden Bolivia Ivo Morales dan Presiden Argentina Cristina Hernandez. Ada banyak lagi para pemimpin lain di kawasan yang mengagumi Chavez.

Adalah Fidel Castro, pemimpin Kuba, yang sejak lama telah menginspirasi Chavez. Ini terkait soal kemandirian dan jati diri bangsa,soal keinginan untuk terbebas dari penekanan para kapitalis yang berbasis di Washington dan New York, serta Eropa.

Adalah Chavez yang mengkristalkan inspirasi itu. Selama Perang Dingin dan selama kekuasaan AS yang begitu dahsyat, para pemimpin Amerika Latin ini selalu mendapat cap sebagai sosialis ekstremis. Kini Amerika Latin berkembang pesat secara ekonomi. Para pemimpin kawasan ini sibuk menyita aset-aset minyak dan gas yang selama ini dikuasai AS dan Eropa.

Chavez adalah pihak yang memulai itu secara nyata. Menurut data Bank Dunia, kemiskinan di Venezuela berkurang drastis. Keinginan untuk menghidupi warganya agar terhindari dari kemiskinan dia nyatakan walau belum tercapai secara sempurna.

Dia akhirnya meninggal setelah dua tahun berjuang melawan kanker. Namun, dia telah meninggalkan warisan berupa jati diri bangsa dan sikap seorang pemimpin yang peduli pada warga yang dia pimpin.

"Inilah sisi positif yang diwariskan Chavez," kata Michael Shifter, Presiden Inter-American Dialogue, sebuah lembaga yang bermarkas di Washington, seperti dikutip CNN, Selasa (5/3/2013).

Hal serupa dikatakan pengamat lain. "Chavez telah memberi identitas jelas dan rasa harga diri kepada orang-orang yang selama ini terabaikan," kata Jennifer McCoy, Direktur Americas Program at the Carter Center, di Atlanta, AS. 

(IRIB Indonesia/Vivasnews/Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar