Chavez adalah pemimpin yang fenomenal dan spirit perjuangannya melintasi batas agama dan bangsa. Saat dunia beramai-ramai melakukan pembunuhan karakter terhadap Ahmadinejad dan pemerintahan Islam Iran , yang tampil sebagai pembela terdepan justru seorang Nasrani dari Amerika Latin: Hugo Chavez. Saat pemimpin negara-negara Arab berbaik-baik dengan Israel , justru Chavez menolak dubes Israel .
Menyusul operasi 'Menuang Timah' yang dilancarkan Israel di Gaza 2009, Chavez mengecam keras
Sebagaimana juga pemimpin negara-negara yang berani melawan 'imperium', Chavez pun tak luput dari ancaman kudeta dan pembunuhan, serta pembunuhan karakter. Kejadian tahun 2002 adalah salah satu upaya terbesar yang dilakukan imperium untuk menggulingkan Chavez, meski gagal. Saat itu, Chavez mengalami pembunuhan karakter yang dilakukan oleh media-media mainstream AS. Saat itu, sebagaimana juga sekarang, standar objektivitas jurnalistik telah dibuang lewat jendela. Chavez difitnah. Sementara lawannya, yang sebagian besar terdiri dari kaum oligarki
Mari kita lihat beberapa kutipan dari New York Times antara Maret-April 2002. Pada 26 Maret, New York Times menulis, "Para pegawai (pemerintahan) pemberontak telah memberi energi bagi gerakan oposisi yang terpecah-pecah namun terus tumbuh, yang menggunakan protes regular di jalanan untuk melemahkan Mr Chavez yang memiliki gaya aristocrat dan memiliki kebijakan sayap kiri yang telah menindas orang-orang yang jumlahnya terus bertambah. …"
New York Times juga mengutip pernyataan kelompok oposan, "Masalah ini hanya bisa dilakukan dengan pengunduran diri presiden..Ini adalah pilihan antara demokrasi dan kediktatoran." Persis seperti citra yang dibangun media Barat tentang
Di Venezuela saat itu juga terjadi kekerasan. Ketika penembak gelap menembaki
Padahal kemudian terungkap data bahwa sejumlah yang tewas justru berasal dari kerumunan massa yang hadir untuk mendukung Chávez dan asal tembakan-tembakan saat itu berasal dari angkatan kepolisian Caracas, yang loyal pada Alfredo Peña, oposisi keras pada presiden Chavez; Pena mendapat dukungan dari AS.Dalam meliput kerusuhan ini, NY Times mewawancarai Peña, yang tentu saja, melemparkan semua kesalahan pada Chávez.
Tujuan dari semua aksi ini menjadi jelas, ketika akhirnya sekelompok militer, bersama dengan bisnismen besar
NY Times segera melaporkan kejadian ini dengan menulis, "Demokrasi
Klaim bahwa kudeta itu "murni dilakukan org
Skenario imperim untuk membungkam para pemimpin yang benar-benar ingin mengabdi pada bangsa, bukannya mengabdi pada kepentingan imperium, terjadi berulang-ulang sepanjang sejarah. Cerita lengkap soal ini bisa dibaca di buku-buku John Perkins.Dari sejarah kita akan mendapati fakta bahwa di mata imperium, sebuah rezim akan disebut demokratis bila rezim itu tunduk pada kepada kemauan imperium. Bahkan rezim yang jelas-jelas monarkhi, otoriter, dan membungkam kaum minoritas, seperti Arab Saudi dan Bahran, akan dilindungi oleh imperium. Sebaliknya, rezim yang demokratis karena dipilih melalui pemilu perlu ditumbangkan jika tak mau menyerah di hadapan imperium,
Dan kini, skenario serupa tengah berlangsung di
Chavez, kini telah tiada. Konon akibat kanker. Meski, bila Anda membaca sejarah betapa banyak pemimpin negara yang dibunuh diam-diam oleh imperium, Anda tidak akan semudah itu percaya.
***
Note: imperium adalah istilah untuk sebuah kerajaan tak beristana, tak mengenal batas negara, yang dikuasai oleh orang-orang paling kaya sedunia. Imperium memanfaatkan perusahaan-perusahaan swasta yang memperkerjakan orang-orang yang disebut sebagai ‘economic hitman' (bandit ekonomi).
Dina Y. Sulaeman
* Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Research Associate of Global Future Institute.
Dimuat di IRIB dan The Global Review
(dinasulaeman.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar