Kepala Program Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) Joko Purwono, menjelaskan mengapa Israel lebih tangguh dan unggul dalam teknologi pertahanan udara dibanding negara lain. Menurut Joko, kondisi itu tercipta lantaran Israel merasa pertahanannya terancam dan terintimidasi dengan negara sekitarnya di Timur Tengah.
Untuk bisa bertahan, paparnya, negeri Zionis tersebut berupaya meningkatkan kekuatan pertahanan udaranya untuk mengontrol ancaman dari luar. Caranya dengan terus mengembangkan teknologi berbagai pesawat tempur hingga pesawat intai tanpa awak alias unmanned aerial vehicle (UAV). "Mereka merasa tidak tenang, dan untuk survive
Joko melanjutkan, pola yang
sama juga terjadi di Iran . Merasa negaranya
menjadi incaran Israel dan Amerika
Serikat (AS), serta tidak bakal dibantu negara Teluk lainnya, maka pihak
militer berkomitmen mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak.
Untuk
Indonesia, Joko mengaku sangat prihatin sebab dapat dikatakan tertinggal akibat
tidak adanya komitmen pemerintah. Ini karena pemerintah masih sibuk pada
program peningkatan kesejahteraan masyarakat dan alokasi APBN sangat minim
untuk pengembangan industri alutsista dalam negeri.
Padahal
sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki bangsa ini tidak kalah dibandingkan
dengan negara lainnya. Sayangnya, hanya kurang mendapat kesempatan dan
pelatihan.
Namun,
lanjut Joko, belakangan ini pemerintah mulai sadar untuk menggiatkan program
peningkatan alutsista, termasuk pembelian pesawat intai untuk menjaga wilayah
perbatasan Indonesia. "Bagus sekarang sektor pertahanan dihidupkan
pemerintah. Tapi, lebih baik beli pesawat dalam negeri, bukan luar
negeri," kritik Joko.
(www.republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar