Dua demo yang pasti digelar
setiap tahun adalah demo hari berdirinya Republik Islam tanggal 22 Bahman
(kalender Iran) atau bertepatan dengan tanggal 11 Februari, dan demo Yaumul Quds yang
dilangsungkan setiap Jumat terakhir di bulan Ramadhan. Dalam sejarah
kontemporer rakyat Iran ,
turun ke jalan memang selalu menjadi sarana perjuangan menumbangkan rezim yang
tidak mereka sukai. Tahun 1908, melalui demo masif dengan dipimpin para ulama,
rakyat Iran
berhasil memaksa raja mereka untuk membentuk parlemen dan membatasi kekuasaan
monarkhi. Tahun 1940-an, kembali dengan dukungan para ulama, rakyat melakukan
demo menuntut nasionalisasi minyak Iran . Puncaknya, demo besar-besaran
tahun 1979, yang berujung pada tumbangnya rezim Pahlevi dan terputusnya
infiltrasi AS di Iran.
Uniknya,
demo tanggal 22 Bahman di Iran selalu menjadi parameter dukungan kepada
pemerintah Islam, dan media-media Barat selalu mengecilkan jumlah peserta demo
itu. Kenyataannya, peserta demo adalah jutaan orang (di seluruh Iran), tapi
media-media macam BBC, CNN, Fox News, menyebutnya ‘ratusan tibu’ atau kadang
bahkan hanya ‘ribuan’ saja. Menjelang demo, pemerintah Amerika Serikat melalui
channel-channel televisi satelit berbahasa Persia
(dipancarkan langsung dari Amerika Serikat), memprovokasi massa agar tidak turun ke jalan. Namun
sepertinya, propaganda pemerintah Iran lebih canggih lagi, dengan
cara membangkitkan semangat nasionalisme dan anti Amerika. Hasilnya, tiap
tanggal 22 Bahman, jutaan massa
turun ke jalan. Di Teheran, mereka menempuh jarak berkilo-kilo menuju Azadi Square
(Bundaran Kebebasan) yang menjadi pusat demo dan di sana presiden akan memberikan pidatonya.
Seringkali, mereka juga menembus hujan salju yang lebat karena bulan Bahman
datang di musim salju.
Demonstrasi
biasanya dimulai dari bundaran (square) terdekat, yang sudah ditetapkan
sebagai titik awal dimulainya demo. Orang-orang dari rumah masing-masing akan
menaiki kendaraan umum atau mobil pribadi ke bundaran itu, lalu bergabung
dengan massa
berjalan kaki menuju Azadi Square .
Misalnya, bundaran terdekat dari rumah kami adalah Sadeqieh Square . Dari sana ,
orang-orang harus berjalan kaki sejauh sekitar lima
kilometer dan badan jalan yang menghubungkan Sadeqieh Square dengan Azadi Square akan penuh sesak oleh massa . Orang-orang yang
tinggal di kawasan lain harus menempuh jarak yang lebih jauh lagi, misalnya di
kawasan Ferdowsi Square
yang berjarak delapan kilometer dari Azadi
Square . Namun meski sangat jauh, jarak delapan
kilometer itu tetap saja penuh sesak dan orang-orang harus berjalan
pelan-pelan. Mereka membawa
poster-poster bertuliskan “Marg bar Amerika” (kematian bagi Amerika), “Marg bar
Israil” (kematian bagi Israel ),
atau “Energi Hastei Haq-e Musalam-e Mast” (energi nuklir adalah hak kami).
Kakek-kakek dengan menggunakan tongkat atau kursi roda dan anak-anak kecil pun
ada di tengah keramaian itu. Begitu pula kaum perempuan, mulai dari yang ber-chador (kain hitam yang ditutupkan ke seluruh
badan kecuali wajah) sampai yang berdandan funky, meski tetap berjilbab.
Kehadiran
jutaan orang Iran di
jalan-jalan untuk berdemonstrasi mendukung pemerintah, di saat AS sudah
bersusah payah menggelontorkan jutaan dollar pertahun untuk membiayai
propaganda anti Rezim Mullah, membuat CNN berkomentar, “Orang-orang Iran
adalah orang-orang yang keras kepala.”
(dinasulaeman.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar