Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut sanksi sebagai bagian dari perang ekonomi musuh terhadap Iran. Selain itu, Rahbar menekankan urgensitas mencermati asas ekonomi muqawama di samping menggapai kemajuan di sektor ekonomi. Ekonomi Muqawama berarti teladan dalam pola konsumsi, meningkatkan daya kerja, dan memperkokoh produk nasional serta melindungi investasi dalam negeri. Poin penting lain di ekonomi muqawama adalah mekanisme penerapannya di dalam negeri serta dimensi diplomasi dalam menghadapi sanksi ekonomi.
Dalam hal ini terdapat poin positif dan negatif. Dari sisi positif dalam menghadapi serangan Barat di perang ekonomi terhadap Iran, harus diakui bahwa rakyat Iran memiliki pengalaman besar saat perang delapan tahun yang dipaksakan Irak. Karena Iran kini mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya serta mengarahkannya di bidang pertahanan melawan musuh. Dengan semangat mempertahankan kedaulatan wilayah dan menjaga revolusi serta pemerintahan Republik Islam, Iran di manajemen ekonomi sosial bukan saja aktif malah dengan kecerdikannya mampu mempertahankan sektor vital seperti minyak dan gas dari kehancuran meski mendapat serangan hebat.
Kondisi saat ini yang alami Iran tak berbeda jauh dengan era Perang Pertahanan Suci saat melawan brutalitas Saddam Hussein, karena bangsa Iran saat ini tegar melawan arogansi serta konspirasi musuh. Di sisi lain, Amerika Serikat dengan seluruh kemampuannya berusaha mengubah struktur ekonomi di Iran dan membangkitkan ketidakpuasan negara ini dengan menjatuhkan berbagai sanksi seperti sanksi minyak dan merusak pasar valuta asing di Iran.
Bagian kedua dari isu ini di mana musuh Iran menanam investasi besar-besaran adalah propaganda atas ketidakmampuan pemerintah Tehran dalam menghadapi sanksi. Mereka terus menunggu lemahnya rakyat dan pemerintah Iran atas sanksi yang telah mereka jatuhkan tersebut. Dari sudut pandang ini pula, musuh berusaha menciptakan friksi internal di Iran, membuat para petinggi pemerintahan Tehran saling kasak-kusuk serta menyebarkannya kepada rakyat.
Oleh karena itulah, arti sejati dari ekonomi muqawama bukan penghematan ekonomi namun indentifikasi benar terhadap setiap kebutuhan, pola konsumsi ideal dan urgensitas produksi guna mengontrol serta mengurangi dampak tekanan sanksi serta kelangkaan barang. Dari sinilah, ekonomi muqawama bukan sekedar slogan, namun sebuah strategi terpadu yang membutuhkan dua unsur utama. Pertama penerapan dan penyebaran budaya muqawama di tengah masyarakat dan kedua langkah-langkah strategis harus dibarengi dengan pelaksanaan mekanisme diplomasi.
Menurut para pengamat, gerakan ekonomi ofensif Barat terhadap sistem ekonomi dilakukan melalui dua jalur. Pertama menumbuhkan rasa ketergantungan kepada para konsumen terhadap produk tak penting dengan harga menggiurkan dan bersaing dengan produk serupa dalam negeri. Hal ini dimaksudkan ketika masyarakat tidak mampu membeli produk tersebut karena suatu hal seperti dikarenakan sanksi maka akan muncul ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah. Adapun jalur kedua yang lebih merusak dari yang pertama adalah mencegah swasembada teknologi dalam negeri serta menurunkan produk bruto suatu negara dengan harapan peluang mengganti produk dalam negeri dengan produk impor tertutup.
Metode seperti ini selama bertahun-tahun menjadi pemandangan yang wajar dan tujuan utamanya menghancurkan ekonomi nasional. Kendala ini biasanya muncul akibat ketergantungan pendapatan negara terhadap migas. Karena itulah, Rahbar menyebut kondisi ini sebagai warisan buruk 100 tahun Iran. Rahbar juga menekankan warisan ini harus dihapus dan bangsa Iran harus mencari solusi lain serta tidak menggantungkan pendapatan negara terhadal sektor migas.
Sejatinya ekonomi muqawama selain membutuhkan persiapan yang matang di sektor produksi guna menjawab permintaan pasar, teladan pola konsumsi harus dibudayakan dengan berdasarkan pada nilai-nilai agama. Dalam hal ini isu penting yang harus diperhatikan adalah upaya untuk menghadapi propaganda merusak media yang ditujukan meremehkan kemampuan perekonomian Iran di berbagai sektor produksi. Sementara itu, kemajuan Iran yang diraih bangsa ini meski dalam kondisi dijatuhi sanksi dengan sendirinya membuyarkan propaganda busuk tersebut.
Di sektor urgensitas mendukung produk dalam negeri, strategi seperti menghindari penjualan minyak mentah dan gerakan menuju ekonomi non migas, pemanfaatan maksimal produk dalam negeri termasuk strategi yang ditekankan para pengamat dan petinggi negara untuk melalui masa-masa sanksi saat ini. Menurut pandangan ini, ekonomi muqawama meski disandingkan dengan penghematan ekonomi tetap memiliki perbedaan mendasar. Kerena di ekonomi muqawama tidak ada keterbatasan sumber, namun pemanfaatan secara optimal setiap sumber harus terprogram dengan baik. Hal ini dilakukan jika penghematan ekonomi dikarenakan keterbatasan sumber dan investasi sehingga terpaksa dilakukan penjatahan serta mengurangi konsumsi untuk menghadapi keterbatasan yang ada.
Penghematan ekonomi yang diterapkan sejumlah negara terkadang berujung pada kenaikan pajak dan hutang negara serta bantuan asing. Kondisi tersebut saat ini tengah melilit negara-negara Barat. Sejatinya tujuan dari program penghematan ekonomi adalah memulihkan kondisi finansial serta meningkatkan ketahanan sebuah negara untuk jangka panjang. Dengan demikian ekonomi muqawama dan penghematan ekonomi memiliki perbedaan mendasar. Ekonomi muqawama merupakan manifestasi perjuangan melawan sanksi dan represi asing. Tak hanya itu, ekonomi muqawama mengarah puncak ekonomi nasional yang ditandai dengan laju produk dalam negeri. Adapun penghematan ekonomi akan menghasilkan swasembada dan kemandirian ekonomi.
Mengingat hal inilah maka peluang terealisasinya ekonomi muqawama adalah mempelajari kendala yang mengancam ekonomi nasional serta hal-hal yang dibutuhkan untuk merealisasikan strategi ini. Penyebaran ekonomi muqawama ini diperlukan penekanan terhadap peran dan partisipasi rakyat. Rahbar di arahan terbarunya bertepatan dengan Hari Pelajar dan Hari Melawan Arogansi Dunia menekankan, pelajaran besar yang bisa didapat dari perjuangan ini adalah mempertahankan resistensi, basirah, tawakkal kepada kepada Allah, bekerja tanpa henti, dan persatuan di antara para petingi negara.
Ayatullah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Para pejabat tinggi khususnya, pimpinan tiga lembaga tinggi negara harus menyadari tugas dan kondisi sensitif saat ini. Perselisihan yang ada jangan sampai diperluas ke tengah masyarakat. Mereka harus tahu bahwa siapa saja yang mulai saat ini sampai masa pelaksanaan pemilihan umum nanti hendak memanfaatkan emosi rakyat untuk menyulut perselisihan berarti telah berkhianat kepada negara."
Rahbar seraya mengisyaratkan berbagai upaya busuk dan konspirasi Amerika Serikat selama 34 tahun lalu untuk menutupi kekalahannya, menekankan, sangat penting siapa yang keluar sebagai pemenang di peperangan selama 60 tahun bangsa Iran melawan AS, karena jika sebuah bangsa beriman dan bertawakkal kepada Tuhan serta memiliki tekad baja keluar sebagai pemenang maka pasti bangsa ini akan menjadi teladan bagi negara lain serta akan muncul filsafat baru bagi sejarah berdasarkan nilai-nilai Islam.
Beliau lantas menyebut bangsa Iran sebagai pemenang pertarungan melawan AS seraya menyebutnya beberapa alasan yang menguatkan penilaian ini. Alasan pertama berhubungan dengan kedudukan pemerintahan Islam Iran. Selama 34 tahun ini pemerintahan Islam di Iran bukannya runtuh tetapi malah semakin kuat, besar dan bersinar. Buktinya adalah generasi muda Iran saat ini. Meski tidak menyaksikan rangkaian peristiwa revolusi dan tidak mengalami masa perang pertahanan suci, juga tak pernah melihat Imam Khomeini, tetapi semangat, tekad dan keimanan mereka sama seperti para pemuda yang membidani kelahiran revolusi. Mereka ada di semua medan untuk bekerja, berusaha dan mengembangkan ilmu dan teknologi.
Alasan kedua adalah besarnya nama bangsa Iran dan Imam Khomeini (ra) di mata bangsa-bangsa lain. Mereka mengenal bangsa Iran sebagai bangsa pejuang, tegar dan arif. Alasan berikutnya adalah kemajuan Iran di bidang sains dan pembangunan, serta basirah, persatuan, kematangan wawasan, pengaruh, dan ide-ide baru Iran terkait isu-isu regional dan global. Selain itu, Iran juga mengukir kemajuan di bidang spiritual seiring dengan kemajuan materi, dan ini membuktikan bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang hidup. Terkait masalah ini, Rahbar menyinggung parsitipasi luas generasi muda dalam berbagai acara religius seperti acara pembacaan doa Arafah, i'tikaf, malam Lailatul Qadr, dan acara duka bulan Muharram.
Alasan lain adalah keberhasilan Iran melahirkan sistem kerakyatan yang agamis yang diwarnai dengan partisipasi luas rakyat dalam pemilihan umum yang berlangsung sejak 34 tahun lalu. Beliau mengatakan, "Inilah revolusi yang dijanjikan oleh AS untuk dihancurkan dalam hitungan beberapa bulan. Tapi sekarang, revolusi ini telah meraih tempatnya yang istimewa di kawasan dan di dunia."
(irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar