Banyak hal
yang dapat dipelajari dari Iran ,
terlepas dari polemik kesesatan Shia yang ada. Akan tetapi, sebagus apapun
negeri ini, Ind onesia
merupakan sebaik-baiknya kampung halaman kita.
Revolusi Iran
RevolusiIran
terjadi pada tahun 1979. Revolusi Iran merupakan gerakan masif untuk
menjatuhkan rezim Shah Reza Pahlevi. Dia adalah Raja Iran yang kerap kali mendzolimi
rakyatnya. Istana yang dimilikinya sangat megah dan kontras dengan kondisi
rakyat Iran
pada masa itu.
RevolusiIran
juga terkenal dengan revolusi Xerox. Pada saat itu para pengikut Imam Khomeini
menyebarkan propagandanya Imam dengan menggunakan mesin fotocopy Xerox.
Propaganda itu disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat, terutama ke kalangan
mahasiswa.
Propaganda demi propaganda digecarkan. Rakyat pun terbakar semangatnya dan berani untuk bersuara. Mereka melakukan aksi penolakan terhadap pemerintahan secara besar-besaran. Alhasil istana-istana Shah Reza dapat diduduki dan Shah Reza diusir ke luar negeri.
Fenomena ini hampir sama dengan reformasi diIndonesia pada tahun 1998. Saat itu
kekuatan mahasiswa bersatu padu melawan rezim Soeharto. Perbedaannya adalah
pada komandan revolusi sebagai poros pergerakan. Jika pada revolusi Iran terdapat satu poros, yakni Imam Khomeini,
jika pada reformasi di Indonesia
cenderung tidak terpusat pada satu poros saja.
Hal ini secara tidak langsung berdampak kepada mindset masyarakat terhadap siapa yang berkuasa. MasyarakatIran
sampai saat ini sangat patuh dan menghormati pemimpin tertingginya. Hampir
tidak ada kritik yang dilayangkan kepada pemerintah. Indonesia berbeda. Wajah Imam pun
dipajang di hampir setiap rumah. Saat ini kebebasan pers telah lahir.
Sampai-sampai kebebasan itu disalahgunakan. Pemerintah selalu tidak luput dari
kritik pedas masyarakatnya.
Keduanya sama-sama bukan kondisi ideal.Iran memang masyarakatnya sangat
patuh, namun kebebasan masyarakat seakan ternodai jika pemerintahannya
imam-sentris seperti itu. Begitu pun Indonesia . Hampir semua presiden
pasti tidak luput dari hujatan publik. Idealnya adalah kepatuhan penuh kepada
pemerintah dijalankan tanpa mengurangi aspek kebebasan pada masyarakatnya.
Jiwa Nasionalisme Tinggi
NasionalismeIran
pernah dibuktikan saat perang Irak-Iran 8 tahun. Menurut sejarah versi Iran , saat itu Irak melakukan ekspansi yang
merebut wilayah Iran .
Masyarakat Iran
yang termasuk dalam katagori wajib militer turun untuk ikut berperang. Tidak
sedikit dari mereka yang gugur di medan
perang.
Ya,Iran
menerapkan wajib militer bagi warganya selama 2 tahun. Hal ini berguna untuk
memupuk semangat nasionalisme masyarakat. Saat pendidikan militer, peserta
didik tidak hanya diajari tangkas dan militan, tetapi juga diberi wawasan
kebangsaan secara komprehensif.
Bendera merupakan simbol kecinta-tanah-air-an suatu bangsa. Jika di Indonesia bendera merah putih hanya ditemui pada bulan Agustus, hal itu agaknya sedikit beda dengan diIran .
Di hampir setiap titik keramaian di Teheran, bendera besar Iran
dikibarkan. Meskipun hal ini sepele, namun rasa nasionalisme dapat diukur dari
sini.
Selain bendera, simbol nasionalisme bangsaIran adalah figuritas pemimpinnya.
Di Indonesia tembok-tembok rumah penduduk dihiasi dengan iklan komersial atau
seni grafiti. Di Iran, tembok-tembok itu dihiasi dengan lukisan wajah Imam
Khomeini. Begitu cintanya mereka dengan sosok pemimpin revolusioner itu.
Militansi MasyarakatIran
Yang bisa dicontoh selanjutnya dariIran adalah militansi masyarakatnya
dalam membela Islam dan memusuhi para pembenci-pembenci Islam. Setelah beberapa
kali berinteraksi dengan aktifis Islam (ADK) di sana , kesimpulan sementara mereka lebih
militan daripada kita. Dalam aspek kebencian terhadap zionis misalnya,
masyarakat dan pemerintah Iran
benar-benar memboikot produk-produk yang mendukung kepentingan zionis.
Jangankan membeli K*C atau Mc *, memakai FB pun mereka sangat mebatasi.
Hal yang paling utama adalah perusahaan Internasional tidak menguasai sumber daya alam yang ada di Iran. Dengan tegas pemerintahIran
mengusir perusahaan multinasional yang mengeksplorasi minyak mentah Iran . Jika
pemerintah Indonesia
seberani Iran ,
maka niscaya SDA bangsa ini tidak akan dinikmati oleh perut orang asing.
Ekonomi yang Mandiri
Setelah pemboikotan produk luar negeri yang dilakukan olehAmerika , Iran
dipaksa untuk lebih kreatif dalam membuat produk dalam negeri. Meski agak
terbata-bata, sedikit-demi sedikit Iran dapat membuat produk dalam
negerinya sendiri.
Iran
telah memiliki dua merk mobil produksi dalam negeri. Bahkan mobil itu sudah
menjadi komoditas ekspor. Pada produk makanan, Iran juga memproduksi sendiri.
Produk minuman bermerek RINA sudah diekspor sampai ke Malaysia .
Saking dipaksanya untuk mandiri, Iran akhirnya menduplikasi beberapa
produk Amerika. Pepsi Cola diganti Zam-Zam Cola. KFC diganti CFC. Dupilkasi itu
dilakukan dengan pengemasan yang hampir sama, berbeda pada pemberian nama
produknya saja.
Iran mereferensikan hukum Islam sebagai dasar hukum negaranya. Suasana
islami sangat terasa dalam lingkungan bermasyarakat di Iran . Meskipun
tidak serapi negara barat, sistem tata kotanya cukup baik. Tingkat premanisme
juga rendah. Secara akhlaq, mayoritas penduduk Iran cukup baik. Mereka ramah, suka
menolong, dan rela berkorban. Hanya mengenal beberapa hari saja, mereka
menganggap warga negara asing seperti saudara mereka.
Ditegakkannya Hukum Islam
Suasana Islam di Iran lebih terasa jika dibandingkan denganIndonesia . Hal-hal seperti wajib
menggunakan jilbab, wajib terpisah antara laki-laki dan perempuan, tidak boleh
minum miras, dll lebih terlihat. Memang di sana hukum yang berlaku adalah hukum syariat
Islam. Aturan tersebut mebentuk budaya mereka yang merasa sangat malu jika
bercampur-baur antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim.
Meski telah ditegakkan syariat, tidak semua wargaIran siap dengan hal itu. Wajib
menggunakan kerudung misalnya, para wanita Iran
saat di Malaysia
mereka melepas kerudungnya. Saat sampai di Iran , mereka lekas memakai kembali
kerudungnya. Begitu juga mayoritas muslimah Teheran. Mereka menggunakan
kerudung asal-asalan. Terkesan memakai kerudung merupakan kewajiban bernegara
saja. Memang jika negara Islam yang sedikit dipaksakan akan menghasilkan
fenomena ini.
Indonesia
saat ini sedikit demi sedikit mengadaptasi hukum Islam. Contoh nyatanya adalah
mulai dipisahkannya antara laki-laki dan perempuan pada transportasi umum di Jakarta . Meskipun sepele,
esensi dari peraturan ini diambil dari hukum Islam. Yang selanjutnya kita
bentuk adalah budaya. Jika di Iran, budaya timbul karena peraturan pemerintah,
di Indonesia diharapkan budaya malu itu timbul karena kesadaran. Berdasarkan
kesadaran dibutuhkan karena sangat mempengaruhi nilai integritas kita sebagai
bangsa.
TataKota Rapi
Di Jakarta, satuan jarak yang dulunya menggunakan Kilometer, saat ini sudah menggunakan menit. Hal ini disebabkan karena parahnya kemacetan yang ada. Jalan yang hanya berjarak 10 KM saja bisa ditempuh lebih dari satu jam jika berada di pusat kemacetan. Belum lagi ulah kreatif para pengguna sepeda motor yang turut mewarnai kemacetan.
Kemacetan memang pasti ada. Apa lagi dikota
besar seperti Teheran. Yang berbeda adalah jumlah sepeda motornya. Jumlah
kendaraan bermotor di Iran
sangatlah sedikit. Jalan raya terkesan lebih rapi.
Selain itu, transportasi umumIran
juga cukup mumpuni. Di Teheran misalnya, terdapat beberapa jenis transportasi
umum anti-macet. Ada
bus way seperti trans-Jakarta. Ada
juga metro subway, stasiun bawah tanah untuk kereta api yang super cepat.
Meskipun di Jakarta sudah ada KRL, sistem jalurnya berbeda dengan subway. Jika
pada KRL hanya dapat dibangun satu jalur, di subway dapat dibangun sampai 3
lapis jalur. Dengan demikian, jumlah kereta yang beroperasi lebih banyak dan
interval waktu kedatangannya lebih singkat.
Tingkat Premanisme Rendah
Seminggu diIran
rasanya saya sangat sulit untuk mencari pengemis dan pengamen. Memang secara
ekonomi Iran lebih maju
daripada Indonesia .
Hal itu berimplikasi terhadap jumlahnya pengemis, pemulung, pengamen, dan
premanisme. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu negara, semakin sejahtera lah
masyarakatnya, semakin rendah pula tingkat premanisme dan pengangguran yang
ada.
Tingkat premanisme yang rendah itu juga mewujudkan suasana aman saat berada di Iran. Jambret, rampok, maling, dsb sangat sulit kita temui diIran . Jangankan
ATM, kotak baitul maal yang ditaruh di pinggir jalan pun tidak pernah
kemalingan.
Di Indonesia premanisme merupakan salah satu masalah yang kompleks. Tidak hanya faktor finansial saja yang mempengaruhi, faktor pendidikan juga. Jika negara tidak siap dalam memenuhi aspek finansial rakyatnya, diharapkan aspek pendidikan rakyat tidak dinomorkesekiankan. Karena dengan terdidiklah, masyarakat dapat kreatif dalam mencari sumber penghasilan.
Sikap Ramah Tamah
Terlepas dari taqqiyah atau tidak, mayoritas masyarakatIran memiliki akhlak yang baik.
Kehangatan dan keramah-tamahan terpancar dari wajah mereka. Terlebih lagi dalam
menghormati tamu dari luar Iran .
Mereka benar-benar melayani tamu seperti Raja.
Saya pribadi sangat tersanjung dengan keramah-tamahan orangIran . Saat
rombongan Indonesia , Malaysia , India ,
dan Pakistan
numpang menginap di asrama IUST (Iranian University of Science and Technology,
para petinggi kampus pun dengan hangat memberi jamuan makan siang bersama.
Padahal acara yang kami ikuti tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan
IUST.
Begitupun sahabat saya, si Vahid. Ya Allah, dia benar-benar orang yang penuh belas kasih. Dia melayani kami sebagai tamu dengan penuh totalitas dan keikhlasan. Tidak capek-capeknya dia menemani kami jalan-jalan diIran .
Sampai-sampai dia rela menunda pulang kampung hanya karena menemani kami sampai
hari kepulangan kami. Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepadanya.
Memang jika dibandingkan dengan orangIndonesia ,
tipikal ramah-tamah orang Iran
berbeda. Ramah-tamah di masyarakat kita sangat identik dengan sopan-santun,
tindak-tanduk, adab, dsb. Ramah-tamah orang Iran lebih ke ramah-tamah dari segi
kedekatan hubungan interpersonal.
Percaya Diri
Hal lain yang dapat dipelajari dariIran adalah tingkat percaya diri
yang tinggi. Baik pemerintah ataupun masyarakatnya merasa bahwa Iran akan
menjadi negara yang makmur. Aura optimisme selalu terpancar di wajah mereka,
terlebih saat mereka bertutur mengenai sejarah revolusinya dan kegigihan mereka
melawan Amerika.
BangsaIndonesia
mulai minder dengan identitasnya. Contoh simpel adalah cara kita memandang
orang turunan luar negeri. Sudah berapa orang luar negeri / turunan luar negeri
yang gampang ngetop di dunia hiburan kita. Semakin kita memandang (terlalu) tinggi
bangsa lain, semakin kita memandang rendah bangsa kita sendiri.
Indonesia Tetap yang Terbaik
Kita sebagai bangsaIndonesia
harus bangga dengan identitas kebangsaan kita. Itu merupakan kunci utama kita
dalam membangun bangsa. Ya, nilai optimisme lah yang menjadikan semangat
membangun bangsa kita kian menyala.
SekalipunIran merupakan
negara yang memiliki kegigihan yang luar biasa, warga Indonesia harus
bangga dengan kegigihan perebutan kekuasaan dari pemerintahan Belanda tahun
1945. Meskipun Iran sudah
menerapkan hukum Islam , Indonesia harus bangga dengan
hukumnya yang sedikit-demi-sedikit mengadopsi hukum Islam. Banyak hal yang
harus kita syukuri karena itu merupakan anugerah terindah Allah untuk bangsa
kita. Itu merupakan modal kita dalam membangun bangsa ini.
Rahadian Dustrial Dewandono
(http://dewa18.wordpress.com/)
Revolusi
Revolusi
Propaganda demi propaganda digecarkan. Rakyat pun terbakar semangatnya dan berani untuk bersuara. Mereka melakukan aksi penolakan terhadap pemerintahan secara besar-besaran. Alhasil istana-istana Shah Reza dapat diduduki dan Shah Reza diusir ke luar negeri.
Fenomena ini hampir sama dengan reformasi di
Hal ini secara tidak langsung berdampak kepada mindset masyarakat terhadap siapa yang berkuasa. Masyarakat
Keduanya sama-sama bukan kondisi ideal.
Jiwa Nasionalisme Tinggi
Nasionalisme
Ya,
Bendera merupakan simbol kecinta-tanah-air-an suatu bangsa. Jika di Indonesia bendera merah putih hanya ditemui pada bulan Agustus, hal itu agaknya sedikit beda dengan di
Selain bendera, simbol nasionalisme bangsa
Militansi Masyarakat
Yang bisa dicontoh selanjutnya dari
Hal yang paling utama adalah perusahaan Internasional tidak menguasai sumber daya alam yang ada di Iran. Dengan tegas pemerintah
Ekonomi yang Mandiri
Setelah pemboikotan produk luar negeri yang dilakukan oleh
Ditegakkannya Hukum Islam
Suasana Islam di Iran lebih terasa jika dibandingkan dengan
Meski telah ditegakkan syariat, tidak semua warga
Tata
Di Jakarta, satuan jarak yang dulunya menggunakan Kilometer, saat ini sudah menggunakan menit. Hal ini disebabkan karena parahnya kemacetan yang ada. Jalan yang hanya berjarak 10 KM saja bisa ditempuh lebih dari satu jam jika berada di pusat kemacetan. Belum lagi ulah kreatif para pengguna sepeda motor yang turut mewarnai kemacetan.
Kemacetan memang pasti ada. Apa lagi di
Selain itu, transportasi umum
Tingkat Premanisme Rendah
Seminggu di
Tingkat premanisme yang rendah itu juga mewujudkan suasana aman saat berada di Iran. Jambret, rampok, maling, dsb sangat sulit kita temui di
Di Indonesia premanisme merupakan salah satu masalah yang kompleks. Tidak hanya faktor finansial saja yang mempengaruhi, faktor pendidikan juga. Jika negara tidak siap dalam memenuhi aspek finansial rakyatnya, diharapkan aspek pendidikan rakyat tidak dinomorkesekiankan. Karena dengan terdidiklah, masyarakat dapat kreatif dalam mencari sumber penghasilan.
Sikap Ramah Tamah
Terlepas dari taqqiyah atau tidak, mayoritas masyarakat
Saya pribadi sangat tersanjung dengan keramah-tamahan orang
Begitupun sahabat saya, si Vahid. Ya Allah, dia benar-benar orang yang penuh belas kasih. Dia melayani kami sebagai tamu dengan penuh totalitas dan keikhlasan. Tidak capek-capeknya dia menemani kami jalan-jalan di
Memang jika dibandingkan dengan orang
Percaya Diri
Hal lain yang dapat dipelajari dari
Bangsa
Kita sebagai bangsa
Sekalipun
Rahadian Dustrial Dewandono
(http://dewa18.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar