"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Kamis, 29 November 2012

Blokade Iran Terhadap Israel


Sejak kemenangan Revolusi Islam, sang pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra menegaskan bahwa Israel adalah tumor ganas di kawasan yang harus dimusnahkan. Penolakan kehadiran rezim ilegal ini sudah menjadi salah satu garis besar dalam politik Republik Islam Iran, dan dalam hal ini Tehran tidak mengenal toleransi.


Pada praktiknya, Republik Islam Iran mendukung segala bentuk upaya untuk memusnahkan "tumor ganas" di Timur Tengah itu, baik di kancah politik maupun di medan.


Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Selasa 27 November 2012, menyatakan, politik Timur Tengah Iran di kawasan lebih mendekati targetnya dibanding politik Timur Tengah Barat.

Menurut Rahbar, melihat pada kondisi regional dan dunia, tampak jelas bahwa Republik Islam Iran unggul dalam transformasi yang ada. Beliau juga menegaskan bahwa salah satu faktor di balik kontroversi anti-Iran adalah karena keberhasilan yang dicapai Republik Islam.

Pernyataan ini dikemukakan Rahbar setelah kawasan Timur Tengah baru saja mencatat salah satu pertempuran paling historis dalam lembaran sejarahnya, yaitu Perang Delapan Hari, atau agresi Israel ke Jalur Gaza bersandi "Pillar of Defense." Dalam perang tak imbang itu, gerakan muqawama Palestina di Jalur Gaza mampu membuat para pejabat Israel dan para pendukungnya di Barat tercengang melihat kemampuan muqawama. Rudal dan roket buatan Iran yang ditembakkan gerakan muqawama Palestina mengukir prestasi cemerlang dalam membuat rezim Zionis kewalahan. 

Singkat kata, Israel saat ini semakin terdesak dan kesulitan bagaimana harus menentukan kebijakan selanjutnya menghadapi muqawama.

Di sisi lain, Barat dalam politiknya di Timur Tengah sedang memfokuskan upayanya untuk menyingkirkan kerikil penghalang realisasi targetnya, yaitu muqawama di Suriah, Lebanon, Palestina dan di poros utamanya, Iran.

Di Suriah mereka menyulut fitnah dan pertumpahan darah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang pro-muqawama, namun sampai saat ini makar mereka belum membuahkan hasil. Di Lebanon, Barat dan anasir-anasirnya kembali mengangkat cerita lama tentang perlucutan senjata Hizbullah. Sebelumnya, Barat dan Israel juga gencar mengancam akan menyerang Iran atas program nuklirnya. Namun, santernya gertakan itu mendadak lenyap setelah sebuah pesawat tanpa awak Ayub milik Hizbullah menyusup ke zona udara Israel. Ditambah lagi dengan kemenangan muqawama Palestina di Jalur Gaza melawan agresi rezim Zionis.

Mempertimbangkan konstelasi politik di kawasan Timur Tengah saat ini, semakin jelas apa yang dimaksud Rahbar tentang keunggulan politik Timur Tengah Iran dibanding Barat. Mungkin akan muncul pertanyaan mengapa ini semua harus berujung pada Israel? Karena sejatinya Israel adalah biang semua masalah di kawasan dan "tumor ganas" yang harus dimusnahkan.

Kembali pada muqawama Palestina di Gaza, banyak aspek yang perlu diperhatikan selain keberhasilan muqawama menggagalkan semua target Israel dalam serangannya ke Gaza. Dari sisi politik, bargaining power Otorita Palestina untuk menjadi anggota PBB semakin menguat menyusul melemahnya kekuatan Israel untuk menekan pihak Palestina. Dari sisi militer, muqawama Palestina berhasil menciptakan keseimbangan kekuatan di hadapan Israel.

Namun yang terpenting adalah keberhasilan muqawama membuktikan kepada masyarakat regional dan pihak-pihak yang hingga kini meragukan muqawama, bahwa perlawanan merupakan satu-satunya logika yang dimengerti oleh rezim penjajah Zionis dan Israel tidak sedigdaya yang dibayangkan.

Kepungan Iran Terhadap Israel

Dalam membahas keberhasilan politik Timur Tengah Iran, pernyataan mantan duta besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, John Bolton, juga sangat menarik diperhatikan. Bolton berpendapat Iran telah mengepung Israel melalui Hizbullah dari utara, Hamas dari selatan serta melalui berbagai kemampuannya di timur.

Kepada Newsmax pada 20 November 2012, di tengah-tengah agresi Israel ke Jalur Gaza, Bolton berpendapat bahwa pertempuran Israel dan muqawama di Gaza, merupakan dampak langsung dari uji kekuatan Israel melancarkan serangan ke Iran.

Bolton mengakui bahwa perang terbaru di Gaza pada intinya bukan hanya perang antara muqawama Palestina dan Israel saja, melainkan adu kekuatan Iran dan rezim Zionis Israel.

Sejatinya, menurut Bolton, Iran sedang membuktikan kepada Israel apa saja yang dapat dilakukannya jika Tel Aviv melancarkan serangan ke instalasi nuklir Tehran. Iran sedang menguji kekuatan Israel melalui muqawama di Palestina dan Lebanon.

Menurutnya, jika Israel nekat melancarkan serangan ke Iran, armada udaranya akan menghadapi berbagai kesulitan karena tidak akan mampu menghadapi tiga medan sekaligus, dari Iran, Gaza, dan Lebanon.

Tanpa menyinggung fakta bahwa Israel yang memulai serangan ke Gaza, Bolton mengklaim, Iran sengaja memprovokasi Hamas untuk menunjukkan kemampuannya (Tehran) menjadi "ancaman langsung" terhadap orang-orang Zionis dengan rudal-rudal yang telah diberikan kepada Hamas dan Hizbullah. Ditambahkannya pula, jika Iran juga memberikan sistem kendali dan kemampuan lainnya untuk rudal-rudal tersebut, maka di masa mendatang roket dan rudal muqawama akan mampu mencapai target yang lebih jauh, tidak hanya di Tel Aviv atau Jerusalem.

(IRIB Indonesia/Muiz Sulisiono/Saleh Lapadi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar